SURABAYA, Beritalima.com|
Universitas Airlangga (Unair) terus menggenjot para mahasiswanya untuk berinovasi. Hal ini terbayarkan melalui 45 kelompok yang berhasil mendapatkan pendanaan PKM tahun ini.
Salah satu kelompok tersebut yaitu kelompok Riset Eksakta (PKM-RE) yang diketuai oleh Dino Pati Putra dan beranggotakan Jihan Nur Adzijah, M Aditya Bryan Rahadi, Lucky Dwi Septiawan. Mereka berasal dari prodi Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM).
Di bawah bimbingan Tahta Amrillah SSi MSc, tim tersebut mengusung projek berjudul Kombinasi Eksperimen dan Komputasi Nanokomposit Carboxymethyl Chitosan Terfungsionalisasi Nano Zero Valent Iron sebagai Adsorben Limbah Arsenik dan Kadmium pada Industri.
Dalam projek itu, mereka melakukan riset dengan menggabungkan adsorben limbah logam berat arsenik dan kadmium. Mereka menggunakan Carboxymethyl Chitosan (CMC) dengan Nano Zero Valent Iron (nZVI). Kemudian, memadukan pengujiannya dengan komputasi serta lab eksperimen.
“Jadi untuk penggunaan dua material tersebut, material CMC merupakan salah satu material yang sangat cocok digunakan untuk menyerap kebanyakan limbah logam berat dan sebagai fungsionalisasi dari kitosan. Kitosan menjadi satu polimer alam yang sangat baik dalam menyerap logam berat,” ucap Dino selaku ketua tim.
Fungsionalisasi tersebut dilakukan selain memudahkan penyerapan di area perairan juga dapat meningkatkan kompabilitas, efisiensi, dan ketahanan mekaniknya.
“Kemudian, nZVI sendiri merupakan salah satu logam besi yang berbentuk core shell dimana memiliki struktur yang unik karena berbungkuskan partikel fe3o4 dan memiliki inti fe valensi 0,” imbuhnya.
Selanjutnya, kedua material tersebut dikombinasikan dengan menggunakan komputasi terlebih dahulu.
“Hal ini untuk memastikan bagaimana ikatan dan energi yang dihasilkan pada penyerapan nantinya dan dilanjutkan dengan sintesis hingga pengujian secara wetlab,” ungkap Dino.
Ciptakan Material Baru
Penelitian itu bertujuan untuk menciptakan material baru dengan efisiensi penyerapan logam yang lebih tinggi dibandingkan material yang konvensional. Selain itu, material digunakan untuk mengolah limbah industri agar tidak membahayakan manusia dan ekosistem sekitar.
Kendala dalam koordinasi selama penyusunan proposal tak menyurutkan semangat tim untuk maju hingga memperoleh pendanaan PKM oleh Dikti Kemendikbud.
Menariknya, proposal riset itu pernah diikutkan PKM. Namun, mereka tidak lolos administrasi Belmawa di tahun sebelumnya. Dari pengalaman itu, mereka memperbaiki proposal dan usaha itu berbuah manis.
“Tentu senang, karena ini merupakan kali kedua bagi saya dan tim melakukan seleksi proposal PKM. Karena pada dasarnya, tidak semua orang diberi kesempatan untuk dapat andil dan masuk kriteria dalam proposal terbaik di PKM. Sehingga, hal ini patut diapresiasi setinggi-tingginya,” curah Dino mewakili timnya.
“Bagi kami ini bukan merupakan akhir, tetapi awal untuk memulai dan bersaing dengan ribuan proposal yang ada. Oleh karena itu, kedepannya perlu adanya rencana yang progresif dalam kegiatan ini,” imbuh mahasiswa FTMM Unair itu.
Dino dan tim berharap projek riset mereka dapat memberikan hasil yang terbaik. Serta, dapat menjadi rujukan peningkatan manajemen dan pengolahan limbah arsenik dan kadmium pada industri di masa mendatang. Selain itu, ia berharap dapat mengurangi kadar limbah berbahaya yang dapat merugikan banyak pihak.
“Kedepannya, kami akan melakukan projek PKM yang sudah kami susun dengan baik. Kami juga berharap semua yang lolos PKM dari Universitas Airlangga juga melakukan hal yang sama. Sehingga, dapat membanggakan bagi kampus tercinta,” ucap Dino. (Yul)