SURABAYA, Beritalima.com|
Bangunan cagar budaya terancam hilang eksistensinya di ruang publik apabila tidak dilestarikan melalui upaya seluruh masyarakat. Dalam langkah mewujudkan hal tersebut, mahasiswa Departemen Studi Pembangunan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas sebuah Architecture Fun Track (AFT), terutama untuk di Surabaya.
Kepala Departemen Studi Pembangunan ITS Dr Arfan Fahmi SS MPd menjelaskan, AFT yang dirancang para mahasiswanya merupakan simulasi perjalanan untuk menarik minat para wisatawan. Jalanan di Surabaya nantinya akan dibuat lebih lebar khusus untuk melihat cagar budaya di sisi jalan dengan memanfaatkan Bus City Tour milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Jika jalan di cagar budaya sudah lebar dapat diberi sentuhan sedikit agar lebih menarik wisatawan,” ujarnya.
Arfan membeberkan bahwa AFT yang dikembangkan akan memberikan kesan yang berbeda bagi para wisatawan yang mengikutinya. Hal ini karena mereka akan dimanjakan oleh pemandangan ornamen atau arsitektur yang lebih komprehensif dari bangunan cagar budaya tersebut yang memiliki ciri khasnya tersendiri.
“Perbedaan gaya arsitektur setiap bangunan merupakan hasil akulturasi yang mencirikan kebudayaan sesuai tempat dan waktu dari bangunan tersebut,” jelas Arfan.
Lebih lanjut, gagasan yang serupa dengan tur ini lahir karena kebijakan pelestarian yang ada sekarang hanya berfokus pada pembangunan atau rekonstruksi bangunan cagar budaya tanpa adanya upaya menyebarluaskannya.
“Padahal, masih banyak anak muda yang datang hanya untuk berswafoto tanpa tahu sebenarnya tempat itu memiliki nilai budaya tersendiri,” ungkapnya.
Gagasan tiga mahasiswa Departemen Studi Pembangunan ITS tersebut juga telah berhasil meraih penghargaan sebagai Best Policy Brief kategori Soshum di ajang Airlangga Policy Brief Competition Awards tingkat nasional yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair. Diharapkan gagasan tersebut dapat menjadi referensi untuk kebijakan yang akan datang. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Solagracia Velinov Hasian Lumban Gaol, Adisti Athanua Nada Salsabila, dan Nabila Firzatullah Putri Santosa.
Arfan berharap agar penghargaan ini dapat mendorong seluruh mahasiswa untuk ikut berprestasi atau memberikan andilnya bagi masyarakat luas.
“Semoga akulturasi budaya yang berada di cagar budaya juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat luas, terutama untuk generasi selanjutnya,” tambah Arfan.(yul)
Caption:
(dari kiri) Adisti Athanua Nada Salsabila, Solagracia Velinov Hasian Lumban Gaol, dan Nabila Firzatullah Putri Santosa menunjukkan ilustrasi gagasannya untuk pelestarian cagar budaya