MAKASSAR. Selaku mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Fisip Unismuh Makassar angkatan 2018, Al-Hidayah sangat bangga dan senang ketika menjalani program magang pada industri media massa selama Nopember-Januari 2021.
Kepada media, Sabtu (26/6/2021), Al Hidayah mengatakan selama magang di Harian Berita Kota Makassar (BKM), banyak pengalaman berharga dan amat berkesan selama menjalani program itu termasuk dapat belajar jadi presenter berita untuk video di youtube dan wartawan.
Saat pertama masuk magang, pihak BKM ajarkan langsung bagaimana cara menjadi presenter mulai dari pembuka, inti dari berita dan penutup juga membangun rasa percaya diri di depan kamera.
Pada awalnya Ayu panggilan akrab Al Hidayah merasa sangat malu dan gugup di depan kamera dan selalu tegang, salah ucap kata sehingga cameraman mengulang atau memotong video rekaman.
”Pihak BKM tetap sabar dan selalu tersenyum membimbing dan mengajari dengan perlahan membuat saya lebih santai dan semangat untuk berlatih di kantor Redaksi BKM setiap pagi” katanya.
Tetapi tidak berselang lama sekitar dua hari kemudian sudah di percayakan menjadi presenter setiap Senin sampai Kamis membacakan berita berita yang lagi viral.
”Kepercayaan yang diberikan jadi presenter membuat saya sangat sangat senang, bangga dan percaya diri ketika mereka menunjuk saya sebagai presenter”, tandasnya.
Hari demi hari selama masa magang saya lewati semakin terasah kemampuan sehingga tidak lagi gugup di depan kamera dan mulai lancar menyampaikan berita dari awal hingga akhir, tegasnya.
Tidak sampai di situ pengalaman yang dijalani. Ketika pembimbing lapangan menaruh kepercayaan untuk turun langsung mencari dan menulis fakta sebuah berita di tempat-tempat yang baru pertama kami datangi seperti Rutan, Kantor Polisi, dan gedung DPRD Sulsel.
Saat berada di lapangan mencari berita ini sebuah tantangan bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik serta mengaplikasikan teori teori jurnalistik yang didapatkan di kampus.
Pengalaman menarik ketika di hadapkan dengan nara sumber adalah orang-orang berpendidikan tantangan hanya bertutur dengan baik atau komunikasi secara formal.
Akan tetapi lain cerita dengan rakyat biasa seperti sopir angkutan umum atau pete-pete yang berada di Pasar Sentral Makassar.
Ketika diwawancarai dengan bahasa formal, supir angkutan ini sangat tidak memahami pertanyaan yang dilontarkan sehingga tercengang dan bingung namun kami masih saja mengulang kembali pertanyaan kepada supir angkutan itu, katanya.
Pada saat itu ditanyakan apakah para penumpang di dalam angkutan ini tetap memakai masker dan menjaga jarak dan jawaban dari supir angkutan itu adalah, apa nu kana tidak mengertia, sehingga harus memiliki cara berkomunikasi memakai bahasa Makassar dan bapak itu cukup menjawab ya atau tidak, ungkap Ayu.
Itulah pengalaman sangat unik dan cukup rumit dan berkesan karena harus beradaptasi dengan bahasa sehari hari yang dipakai supir pete pete itu
Jadi untuk menjalani profesi wartawan harus berkomitmen kuat pada disiplin waktu, mampu komunikasi secara empati dan siap melakukan mobilitas tinggi setiap saat. Selain itu harus setiap saat memiliki inovasi dan inisiatif serta menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi baru, tandasnya.