SURABAYA, beritalima.com – Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Jurusan Teknobiologi, Derdy Janli, berhasil menemukan bioinsektisida dari organisme entomopatogen. Salah satu organisme entomopatogen adalah jamur.
Menurutnya, jamur/fungi entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Bioinsektisida ini bisa menjadi alternative pengganti insektisida sintetik yang biasa dipakai petani untuk mematikan hama tanaman (serangga).
“Awalnya saya menemukan literature yang menyebutkan bahwa insektisida sintetik (kimia) dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif,” ungkap Derdy Janli di Teaching Laboratorium Gedung TG Lantai 4 Kampus Tenggilis Ubaya, Jalan Raya Kalirungkut, Surabaya, Selasa (6/9/2016).
Dampak negatif yang dimaksud seperti kerusakan pada konservasi lingkungan dengan terbunuhnya organisme yang bukan sasaran, resistensi dan resurgensi hama, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Selain itu juga pada petani yang terpapar insektisida pada saat aplikasi, dan konsumen oleh residu yang terdapat pada hasil panen.
“Dari latar belakang inilah saya mencoba mencari alternarif insektisida tanaman yang aman untuk lingkungan dan residu pada manusia,” lanjutnya.
“Muncul keinginan untuk meneliti apakah ada alternatif untuk menanggulangi masalah serangga sebagai hama pertanian atau perkebunan selain menggunakan insektisida sintetik,” imbuhnya.
Derdy kemudian menemukan salah satu alternatif pengendalian hama insektisida sintetik dengan bioinsektisida dari jamur/fungi tipe entomopatogen.
Jamur entomopatogen mampu menginfeksi serangga dengan cara masuk ke tubuh serangga melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya.
Kemudian inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga akan berkembang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga menyebabkan serangga mati.
Putra pasangan Nanang Ramli dan Tan Hui Wien ini melakukan percobaan dengan mengambil sampel tanah yang ada di Kota Batu sebanyak 300-400 gram, terus diletakkan 10 ulat hongkong dan dibiarkan selama 1-2 minggu.
Hasilnya, ulat mati dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada yang mengering, ada yang tubuhnya dipenuhi jamur berwarna putih.
Jamur yang ada pada kulit ulat yang mati kemudian diambil dan ditanam pada media selama 4 hari. Hasilnya muncul jamur yang berwarna ungu dan putih.
Jamur yang berwarna putih itulah yang disebut jamur entomopatogen. Kemudian jamur ini diambil racunnya dengan dilarutkan ke media cair dengan formulasi khusus, sehingga didapat toksin yang berasal dari jamur entomopatogen.
Cairan itu kemudian disemprotkan kembali kepada ulat hongkong dan hasilnya ulat tersebut mati.
“Toksin yang saya temukan ini merupakan senyawa racun yang digunakan jamur untuk membunuh serangga dalam proses menginfeksi serangga, sehingga menggunakan toksin dari jamur ini merupakan alternatif yang sangat potensial dalam membasmi serangga,” ungkap pria kelahiran Januari 1994 ini.
Menurut Ida Bagus Made Artadana, S.Si., M.Sc, dosen pembimbing Derdy, penelitian ini memiliki peluang untuk dijadikan produk massal. Selain itu untuk pengembangan kedepan Derdy atau peneliti lanjutan perlu melakukan uji pada insekta yang spesifik lainnya. (Ganefo)