SURABAYA, beritalima.com – Lima mahasiswa Program Studi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berhasil membuat selaput penutup organ pencernaan untuk menangani kasus gastroschisis, yaitu kelainan dinding perut yang terbuka.
Di Indonesia, kasus yang umumnya menimpa pada bayi yang baru lahir ini, masih terbilang kasus dengan resiko cukup tinggi. Karena, berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia masih banyak terdapat kehamilan usia sangat muda akibat pernikahan usia dini.
Selain itu, juga karena paritas tinggi, yakni ibu yang banyak melahirkan, walau hal ini masih ada kaitannya dengan kehamilan pada usia tua, serta karena kekurangan asupan gizi pada ibu hamil.
Salah satu solusi untuk menangani kasus gastroschisis ini adalah menutupnya dengan selaput penutup organ pencernaan yang bersifat sementara sampai dilakukannya operasi penutupan abdomen pada bayi tersebut. Tindakan ini dikenal dengan menggunakan teknik SILO (silastic springs-loaded silo).
Hasil temuan Karina Dwi Saraswati (22), Fadila Nashiri Khoirun Nisak (22), Inas Fatimah (22), Fulky A’yunni (21), dan Claudia Yolanda Savira (21), ini menarik perhatian Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).
Mereka mengemas hasil penelitian ini dalam judul “Studi In Vivo Poly-Lactid-Co-Glicolic-Acid (PLGA) dengan Coating Kitosan Sebagai Selaput Penutup Organ Pencernaan Untuk Aplikasi Kelainan Dinding Perut Yang Terbuka.”
Sebagai ketua kelompok peneliti pembuat selaput itu, Karina menerangkan, pada umumnya SILO dari bahan dasar silikon yang bersifat toksik. Akan tetapi, dia bersama 4 rekannya berhasil membuat selaput itu dari bahan Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) dilapisi Kitosan yang bersifat biokompatibel (dapat diterima tubuh) dan tidak mengandung senyawa toksik.
“Pemilihan material PLGA ini dikarenakan sifat PLGA elastis, biokompatibel, serta tahan degradasi dalam waktu yang cukup lama. Selain itu penambahan coating atau pelapisan kitosan ini dimaksudkan untuk meningkatkan biokompatibilitas, meningkatkan proliferasi dan cell attachment, sehingga diharapkan dapat menutup organ pencernaan sementara sampai pada saatnya dimasukkan kembali ke dalam rongga abdomen,” papar Karina.
Hasil pengujian gugus fungsi menunjukkan bahwa meningkatnya pita serapan pada bilangan gelombang 1747,50 cm yang merupakan gugus amida I menunjukkan keberadaan kitosan yang terbentuk bersama PLGA. Hasil kekuatan tarik untuk setiap variasi adalah 4,78 MPa (PLGA) dan 12,96 MPa (PLGA-kitosan).
Hasil Uji Sitotoksisitas PLGA-Kitosan menunjukkan persentase batas minimal sel hidup lebih dari 60%. Ini menandakan bahwa membran Spring-loaded silo ini tidak bersifat toksik. Selain itu, dari hasil Uji Morfologi tidak terlihat pori pada permukaan silo yang dikarenakan pori membran sangatlah kecil.
Ukuran pori ini sesuai untuk diaplikasikan sebagai selaput penutup sementara organ pencernaan yang memiliki ukuran pori 0,110 mikro.
Diakui pada saat ini memang masih dalam tahap pengujian pada hewan coba. Tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) yang dilapisi kitosan memiliki potensi sebagai kandidat selaput penutup organ pencernaan yang baik. (Ganefo)
Teks Foto: Dua mahasiswa anggota kelompok PKM-PE sedang melakukan penelitian dan uji coba di Laboratorium FST UNAIR.