SURABAYA, Beritalima.com|
Salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Unair berhasil memperoleh pendanaan dari Kemdikbud. Tim tersebut beranggotakan lima orang, antara lain Andini Maulidiyah Rachma, Sofia Naisa Hidayat, Misfa Shafwah Zahidah, Amelia Safira Putri Vaturrachma, serta Mochammad Fahd Ali Hillaby. Kelimanya dibimbing oleh Angga Erlando., M.Ec.Dev., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Proposal yang mereka ajukan berjudul “NOMOA: Pemanfaatan Senyawa Eugenol dan Sitral pada Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Penangkal Kecoa”.
Dari Keresahan menjadi Inovasi dan Peluang
Andini Maulidiyah Rachma, mahasiswi Ekonomi Pembangunan angkatan 2022 sekaligus ketua kelompok, menuturkan bahwa kecoa merupakan hama yang bersifat invasif atau mengganggu.
Tempat dengan sanitasi yang buruk justru mendukung perkembangbiakkan kecoa. Namun, saat ini penanganan kecoa cenderung menggunakan insektisida yang juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
“Ide yang kami ambil ini berasal dari keresahan kami dengan kecoa. Di sisi lain, penggunaan insektisida untuk menangkal kecoa juga berbahaya. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk menciptakan alat penangkal kecoa dari bahan alami. Setelah melalui riset, ternyata daun salam memiliki kandungan Eugenol dan Sitral yang dapat menangkal kecoa,” tutur Andini.
Menurut Andini, NOMOA dapat menjadi peluang besar, sebab belum ada alat penangkal kecoa berbahan dasar alami sebagai wujud pemanfaatan kekayaan alam.
“Karena belum ada produk penangkal kecoa berbahan dasar alami, khususnya daun salam. Jadi, kami memutuskan untuk mengambil peluang tersebut dan membuat market baru,” imbuh Andini saat diwawancara pada Minggu (10/9/2022).
Keunggulan Produk
“Kami pun menawarkan berbagai keunggulan dari produk yang kami buat, seperti (1) memiliki aroma segar dan tidak menyengat, (2) tidak menimbulkan efek berbahaya terhadap kulit maupun indra penciuman, (3) terjamin higienis dan aman sebab pengaplikasiannya tidak bersentuhan langsung dengan tangan, serta (4) tidak menghasilkan residu karena produk kami berbentuk gel” jelasnya.
Pemakaian yang Mudah
NOMOA terbagi menjadi dua bagian, yaitu tabung gel dan plunger (alat pendorong). Sebelum digunakan, konsumen harus merakit terlebih dahulu tabung gel dengan plunger.
Cara menggunakan NOMOA cukup mudah, konsumen tinggal mendorong gel sebanyak kurang lebih 0.5 cm menggunakan plunger di area keluarnya kecoa (floor drain). Setelah digunakan, NOMOA dapat disimpan di tempat kering dengan durasi penyimpanan selama enam bulan.
Inovasi dan Tujuan yang Berkelanjutan
Andini menambahkan bahwa mereka akan terus melakukan pengembangan produk. Salah satunya dengan mengembangkan tabung gel berjenis isi ulang atau refill. Selain itu, tidak menutup kemungkinan tabung NOMOA juga diproduksi dengan berbagai ukuran sesuai selera konsumen.
“Masyarakat yang memiliki masalah dengan kecoa bisa terbantu, terutama kecoa yang biasa keluar dari saluran air atau floor drain. Lebih jauh lagi, kami pun turut berpartisipasi dalam mendukung SDGs poin keenam clean and water sanitation. Produk yang kami tawarkan tidak hanya berfokus ke keuntungan saja, tetapi juga ke sosial masyarakat,” imbuhnya.
“NOMOA merupakan usaha yang menguntungkan dari segi ekonomi dan berkelanjutan dari segi inovasi karena mampu memanfaatkan kekayaan alam serta berkontribusi dalam pencapaian SDGs. Dengan NOMOA, kita wujudkan sanitasi yang terawat demi Indonesia sehat, hari ini dan nanti,” tutup Andini. (Yul)