Oleh : Firman Syah Ali
Diumumkannya nama KH Yaqut Cholil Qoumas atau akrab disapa Gus Yaqut, juga akrab disapa Gus Tutut sebagai Menteri Agama RI mengejutkan semua pihak, karena nama yang sangat santer disebut oleh para pengamat hingga menit terakhir adalah kakak kandungnya KH Yahya Cholil Staquf.
Namun keterkejutan publik hanya berlangsung sesaat, setelah itu mulai muncul komentar dukungan yang luar biasa, tentu saja komentar yang bersifat kontra juga ada, terutama dari kelompok tertentu yang selama ini punya masalah dengan komitmen kebangsaan.
Saya pribadi sejak dulu selalu menginginkan Gus Yaqut menjadi Menteri Pertahanan RI karena sosoknya yang tegas dan pemberani, serta komitmen kebangsaannya yang luar biasa. Tapi menjadi Menteri Agama tepat juga karena kehidupan beragama di Indonesia saat ini memang butuh sentuhan pejabat yang tegas dan pemberani.
Saat ini agama dijadikan komoditas politik oleh para penunggang politik identitas sehingga menimbulkan polarisasi politik yang terjal dan curam. Situasi ini sangat membahayakan bangunan kebangsaan dan keberagaman jika dibiarkan.
Mereka para penunggang politik identitas membangun opini sesat bahwa merekalah islam, yang berlawanan dengan mereka adalah musuh islam, musuh Allah. Bangunan opini itu mereka pupuk terus dan dikonsumsi dengan lahap oleh kaum awam agama atau kaum cendikia agama yang berjiwa eksoteris an sich.
Pejabat manapun yang berani bersikap tegas terhadap para penunggang politik identitas tersebut harus siap mendapatkan stempel kafir, fir’aun, anti islam, kejam, pelanggar HAM, rezim laknat, anjing neraka, anjing cina, penjilat, kodok, kecebong dan stempel-stempel lainnya yang sangat sadis.
Dalam situasi negara sedang dijajah oleh para penunggang politik identitas dengan kekuatan perang opini yang luar biasa ini, dibutuhkan pemimpin tegas dan pemberani yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh opini. Bukan sekedar tegas dan berani, pemimpin di era perang opini ini juga harus cerdas dan punya basis yang kuat di tengah-tengah masyarakat.
Gus Yaqut memenuhi semua kriteria tersebut. Kemarin ketika rumah ibunda Menkopolhukam RI Mahfud MD dipersekusi oleh massa yang mengaku sebagai pendukung Habib Rizieq Shihab, Gus Yaqut langsung tegas terjunkan Banser menjaga rumah ibunda Menkopolhukam tersebut.
Kelompok intoleran membuli Gus Yaqut di media sosial sebagai penjilat Menkopolhukam RI. Tentu saja tuduhan yang ahistoris, sebab gus Yaqut tidak punya sejarah menjilat siapapun.
Saya sering telepon Gus Yaqut menyampaikan peristiwa beberapa “orang biasa” sedang diteror oleh massa intoleran, Gus Yaqut langsung terjunkan pasukan, ada ibu rumah tangga, ustad madrasah dan lain-lain. Baik pejabat maupun orang biasa, begitu diteror oleh kelompok intoleran penunggang politik identitas pasti langsung dilindungi oleh Banser atas instruksi Gus Yaqut.
Cerdas, punya ilmu agama yang sistematis dan punya basis massa yang jelas, itu mungkin menjadi sebagian faktor pendorong Gus Yaqut untuk selalu tegas dan berani dalam situasi dan kondisi apapun. Dan sosok seperti inilah yang saat ini dibutuhkan oleh Kementerian Agama RI. Karena Kementerian Agama untuk saat ini berada di garis terdepan dalam mengikis radikalisme di Indonesia tercinta.
Mitra terdekat Menteri Agama dalam mengikis radikalisme atas nama politik identitas adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, yang membawahi Triumvirat yaitu Menteri Dalam Negeri Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan. Selain itu Menkopolhukam juga membawahi Menteri Hukum dan HAM, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung dll.
Kebetulan Menteri Politik Hukum dan Keamanan RI saat ini juga tegas dan pemberani sebagaimana Gus Yaqut, guru besar hukum tata negara, Prof Mahfud MD.
Prof Mahfud MD adalah senior Gus Yaqut dalam penyelenggaraan negara, karena Prof Mahfud MD sejak tahun 2000 sudah menjabat sebagai Deputi Menteri Negara Urusan HAM. Pasangan senior-junior yang sama-sama berlatar belakang NU ini tentu akan menjadi kekuatan luar biasa dalam mengikis radikalisme atas nama politik identitas.
Keduanya sama-sama tegas. Tidak mudah diombang-ambingkan oleh opini. Kalau A dibilang A, kalau B dibilang B, tanpa tedeng aling-aling. Keduanya sama-sama pemberani, karena tidak punya beban masalah moral dan hukum apapun untuk disanderakan kepada mereka. Berani ambil resiko adalah sikap pejabat yang saat ini dinanti-nantikan rakyat.
Maka mari kita ucapkan selamat bekerjasama kepada dua koboy ini, yaitu Pak Mahfud MD koboi Madura dan Gus Yaqut koboi Rembang. Di tangan kedua senior-junior ini insya Allah radikalisme segera punah dan Indonesia tidak akan bisa disuriahkan.
Mari bersama-sama kita selamatkan NKRI. Selamat melaksanakan tugas Gus Yaqut.
*) Penulis adalah anggota Banser dan Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim