JAKARTA, Beritalima.com– Peta politik Indonesia empat tahun ke depan bakal mengalami perubahan signifikan, terutama jelang proses Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dimana sesuai dengan UU yang berlaku sekarang, Presiden Joko Widodo yang sudah dua periode tidak bisa lagi mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.
Malah Sekjen DPP Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Mahfudz Sidiq kepada memprediksi, peta politik Indonesia jauh berbeda bila dibandingkan dengan peta perpolitikan yang terjadi pada dua pelaksanaan Pilpres terdahulu, baik 2014 maupun 2019 yang kental dengan suasana pembelahan politik dimana anak bangsa terbelah dua.
Hal itu dikatakan politisi senior ini, Selasa (25/2) malam menanggapi hasil survei terkait bakal calon yang berpeluang maju sebagai kandidat presiden menggantikan posisi yang ditinggalkan Jokowi untuk 5 tahun berikutnya.
Tidak hanya itu, Mahfuz juga berpandangan, perubahan atau pergeseran signifikan tersebut, terjadi pada perilaku politik pemilih. Karena itu, jelas laki-laki kelahiran Jakarta, 25 September 1966 tersebut, perubahan juga terlihat pada tingkat elektabilitas partai politik, dimana partai berbasis keagamaan mengalami tren penurunan.
Terkait dengan survei elektabilitas, ternyata yang memilih partai politik berdasarkan alasan agama, khususnya Islam, hanya 4,7 persen. Alasan pemilih partai politik (parpol) maupun memilih presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati maupun wali kota/wakil wali kota lebih banyak karena alasan yang sifatnya rasional. Seperti, kinerja, bisa memberikan manfaat, kepribadian dan lain sebagainya.
Pergeseran tren politik pemilih ke arah yang positif teraebut, kata Mahfudz, juga sejalan dengan ide ataupun gagasan dari Partai Gelora, salah satunya adalah ingin melakukan moderasi politik, sehingga Indonesia tidak terjebak ke dalam politik identitas yang terlalu kuat dimana ujungnya memunculkan pembelahan berkelanjutan.
“Gelora Indonesia tetap menjadikan Islam sebagai basis nilai dan basis politik partainya. Gelora berasas Pancasila. Adapun ide politiknya adalah meramu Islam, Nasionalisme, Demokrasi dan Kesejahteraan sebagai modal utama memajukan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” demikian Mahfudz Siddiq. (akhir)