JAKARTA, Beritalima.com– Mantan Ketua Komisi I DPR RI, Mahfuz Sidik mengatakan, saat ini Indonesia bisa menjadi kekuatan baru dunia dengan mengambil peran lebih dalam mendorong kemerdekaan Palestina sebagai negara merdeka, di tengah melemahnya kekuatan kawasan timur tengah.
Caranya, ungkap politisi senior yang juga Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia itu, dengan mendorong proses konsolidasi dan rekonsilasi dua kekuatan politik utama di Palestina, yakni Fatah dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza.
“Kalau ingin mempercepat kemerdekaan Palestina, kita harus mendorong rekonsilasi dan konsolidasi kekuatan politik di Palestina untuk bersatu. Nah, Indonesia mampu mengambil posisi itu,” kata Mahfuz dalam diskusi ‘Akankah Palestina Segera Merdeka’ yang diselenggarakan Al Quds Volunteer Indonesia, pekan ini Senin (17/5) malam.
Dikatakan, beberapa negara-negara yang tergabung di Liga Arab saat ini banyak terlibat konflik politik dan perang di kawasan. Iran masih dianggap musuh sebagian negara arab karena paham Syiahnya, sementara Turki menghadapi tekanan politik dan ekonomi di dalam negeri sehingga itu mengakibatkan perhatian dan dukungan terhadap Palestina berkurang, termasuk soal pendanaan.
“Jadi, Indonesia bisa mengambil peran lebih besar. Basis politik kita jelas karena ada di konstitusi. Dari Presiden Soekarno hingga pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), sikapnya jelas. Dukungan masyarakat juga sangat luas. Saat kekuatan di kawasan timur tengah melemah, peran Indonesia bisa semakin penting,” ulang Mahfuz.
Karena itu, Mahfuz berharap Pemerintahan Jokowi wujudkan kemauan politik Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam mendorong kemerdekaan Palestina, meski itu jalannya yang tidak mudah.
“Indonesia bisa menjadi kekuatan yang menyatukan politik Pemerintahan Palestina dengan masyarakatnya. Kita sudah mempunyai pengalaman kemerdekaan. Indonesia juga bisa menggalang dukungan 138 negara yang sudah mengakui negara Palestina melalui jalur diplomasi internasional.”
Persoalan mendasar di Palestina saat ini memang terjadi pembelahan, tak hanya soal wilayah yang terbelah antara Tepi Barat dan Gaza, tetapi juga menyangkut soal pemerintahan otoritas Palestina.
Kekuatan politik di Palestina antara PLO (Fatah) dan Hamas diharapkan kembali bersatu untuk membentuk pemerintahan Palestina merdeka yang kokoh. “Palestina harus mampu melewati itu. Itu prasyarat dasar menuju kemerdekaan yg berdaulat,” demikian Mahfuz Sidik. (akhir)