JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi Perdagangan dan Perindustrian, Hj Nevi Zuairina mengatakan, isi pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sidang Tahunan MPR RI, Jum’at lalu bagus semua.
Pidato ritual itu untuk merencanakan kehidupan bernegara yang juga sebagai pengingat moment bangsa ini mendeklarasikan kebebasan, kemandirian dan kedaulatan. “Isi pidato itu semuanya yang baik-baik saja. Namun, usai moment kemerdekaan, realisasinya hilang begitu saja,” kata Nevi di Jakarta, Senin (17/8).
Karena itu, wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Sumatera Barat ini meminta kepada Pemerintah, agar semua pidato Presiden Jokowi dalam rangka sidang tahunan di depan seluruh anggota MPR ini mesti mampu diikuti dengan kerja nyata.
Rakyat saat ini butuh pelindung sejati dari sosok pemimpin bangsa, bukan perlindungan dari serangan penjajah tetapi pelindungan terhadap serangan resesi ekonomi, keterpurukan sistem kesehatan, kesempatan memperoleh pendidikan yang baik merata di seluruh negeri.
“Rakyat Indonesia tidak butuh buaian kata-kata manis yang membuat kita terlena tetapi saat ini ketimpangan di negeri ini sangat tinggi baik dari sisi pemerataan berdasar wilayah, maupun dari sisi kualitas hidup orang-per orang. Bukti, rakyat miskin bangsa ini semakin besar dari sisi jumlah maupun dari sisi tingkat kehidupan. Itu biasa dilihat dari Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM),” jelas Nevi.
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengungkapkan, begitu banyak pertanyaan dan Pekerjaan Rumah yang perlu diselesaikan Pemerintah pimpinan Presiden Jokowi.
Pertanyaan besar yang belum mampu di jawab Pemerintahan Jokowi adalah begitu subur dan indahnya alam negeri ini. Namun, di negeri yang subur itu, tidak ada kesejahteraan yang manaungi rakyatnya. Impor pangan, energi dan perangkat kesehatan masih sangat marak.
Karena itu, tongkat dan batu jadi tanaman salah satu bait lagu berjudul Kolam Susu karangan Yok Koeswoyo tongkat menjadi tidak relevan lagi di negeri ini. Itu bukan karena alamnya, tapi akibat manusia yang menginjak buminya.
Lebih jauh Nevi mengatakan, negeri yang subur, makmur penuh keadilan yang tersirat dari Firman Allah baldatun thayibatun wa robbun ghofur seharusnya tertuju pada Indonesia ini. Kemerdekaan hakiki di seluruh pelosok negeri ini seharusnya tercermin pada kalimat sematan gemah rimpah loh jonawi.
Namun, telah 75 tahun Indonesia Merdeka, apa yang berubah pada negeri ini hanya merdeka dari tekanan bangsa-bangsa luar. Tapi merdeka untuk melanjutkan dan menjalani kehidupan secara lebih baik merata dengan adil masih jauh dari harapan atau masih jauh panggang dari api.
Soal kemakmuran dan keadilan seluruh rakyat Indonesia adalah Pekerjaan Rumah (PR) paling besar negara Indonesia, karena untuk merdeka negeri ini harus dibayar dengan ribuan bahkan jutaan nyawa para pahlawan yang ingin lepas dari genggaman penjajah.
Kemakmuran yang nyata harus dirasakan masyarakat sampai ke pelosok desa dan daerah terluar wilayah kedaulatan bangsa dan itu mesti segera di realisasikan.
Karena itu, Nevi berharap agar pemerintah dan seluruh jajaran mulai dari tingkat pusat hingga daerah untuk memastikan implementasi pidato tersebut pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Nevi mengajak, mari bergerak, menuju kejayaan yang dahulu pernah merdeka dari kekangan bangsa luar, selanjutnya mari bebaskan bangsa kita dari kekangan tidak terlihat yang beloh jadi berasal dari dalam diri bangsa ini.
“Merdekalah Negriku. Merdeka yang Hakiki, bukan saja merdeka dari kekangan Penjajahan bangsa lain. Tapi Merdeka dalam keseluruhan dalam menjalani kehidupan,” demikian Hj Nevi Zuairina. (akhir)