Jombang | beritalima.com – Moderasi beragama diharapkan pemerintah dan tokoh agama namun dalam implikasinya di lapangan sampai saat ini masih ada yang belum faham tentang moderasi beragama. Kalau agamanya sudah pasti moderat tapi yang ditekankan di masyarakat adalah cara bersikap dan ber tingkah lakunya harus moderat, harus saling menghormati dan menghargai perbedaan.
Hal ini pun sudah diterapkan di sekolah – sekolah baik sekolah umum maupun sekolah dibawah naungan Kementerian Agama. Salah satu contoh MAN 9 Jombang, yang terletak di Desa Kepuhdoko, Kecamatan Tembelang, Jombang, Jawa Timur kerap memberikan pemahaman rentang moderasi beragama hingga siswa siswi MAN tersebut diharapkan untuk memahami agamanya lebih dulu.
“Harus fahami dulu agamanya, harus toleran dan menghormati agama – agama lain,” tandas Kepala MAN 9, Kepuhdoko, Tembelang, Jombang, Jawa Timur, beberapa hari lalu pada Jum’at (28/1/2022).
Lebih jauh diungkapkan Faridah, sebelum diluncurkan moderasi beragama sering terjadi gesekan antar umat beragama bahkan dengan sesama agamanya sendiri saling baku hantam padahal satu pemahaman dalam Ahlus Sunnah Wal – Jama’ah (Aswaja).
“Kita rutin memberikan pemahaman tentang masalah keagamaan agar jangan sampai tidak faham ketika berada di luar sekolah atau lulus sekolah,” terang Kamad MAN 9 Jombang.
Selain memahami tentang moderasi beragama, MAN 9 Jombang yang berada di lingkungan pondok pesantren Darul Ulum masalah keterampilan sekolah, dimana MAN 9 Jombang itu memiliki empat ektra kulikuler yaitu Tata Rias, Tata Boga, Tata Busana, dan Otomotif.
“Selain akademik tiap siswa menguasai keterampilan. Kita menyadari tidak semua siswa melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga keterampilan yang dikuasai bisa menjadi bekal anak – anak setelah lulus,” tandas Faridah Priyatna.
Namun yang paling sering dikerjakan katanya, pada ektrakulikuler tata busana, biasanya di luar jam pelajaran pada Sabtu – Minggu di sekolah.
Reporter : Dedy Mulyadi
