SURABAYA, Beritalima.com|
Mahasiswa Universitas Airlangga berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kemdikbudristek berkat inovasi bioplastik dengan memanfaatkan sisik ikan mujair.
Mereka adalah Hamdani Ahmad Dzulqornain, Muhammad Faudzil Adhim, Savitri Shabira Dewanthy, Miftahur Raifah, dan Riza Nurmalita dari tim Biochitochromis prodi S1 Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Inovasi itu berawal dari isu mengenai sampah plastik yang cukup menjadi permasalahan beberapa tahun belakangan ini di Indonesia.
“Dari banyaknya solusi mengenai sampah plastik yang dapat kami pikirkan, terdapat sebuah solusi yang menarik minat kami yaitu menggunakan bioplastik,” tutur Hamdani Ahmad Dzulqornain.
Manfaatkan Sisik Ikan Mujair
Bioplastik yang mereka cetuskan berbahan dasar pati jagung dengan tambahan gliserol dan kitosan. Gliserol sendiri merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pemlastis untuk meningkatkan elastisitas bioplastik. Sedangkan, kitosan adalah senyawa pada sisik ikan mujair yang diperoleh dari beberapa proses serta berfungsi agar bioplastik tidak mudah putus.
“Kami memilih ikan mujair (Oreochromis mossambicus) karena ketersediaannya yang melimpah di mana mereka cenderung bersifat invasif dan mudah berkembang biak. Selain itu, peminat ikan mujair lebih sedikit dan harganya juga lebih murah sehingga dapat menekan angka produksi kami,” terang Hamdani.
Di bawah bimbingan Dr Eng Sapto Andriyono SPi MT, kelima mahasiswa angkatan 2020 ini mulai mengembangkan produk bioplastik mereka mulai dari pembuatan kitosan hingga produk bioplastik itu sendiri.
“Pembuatan bioplastik dimulai dari pencampuran seluruh bahan seperti pati jagung, aquades, gliserol, dan kitosan hingga homogen kemudian dilakukan pencetakan dan ditunggu hingga kering setelah dimasukan oven,” papar Hamdani.
Guna mengetahui ketahanan produk bioplastik, mereka melakukan beberapa uji laboratorium yang meliputi uji mekanik dan uji morfologi.
“Uji mekanik terdiri dari uji kuat tarik dan elongasi, tahan air, ketebalan, serta biodegradasi. Sedangkan, uji morfologi terdiri dari uji FTIR dan SEM,” tutur Hamdani.
Pengembangan produk bioplastik ini diakui Hamdani dan rekan-rekannya tidaklah mudah. Mereka mengaku kesulitan saat harus menyaring serbuk sisik ikan dari air.
“Sempat kesulitan menyaring serbuk sisik ikan dari air sehingga kami mencari cara lain dengan menyaring menggunakan kertas saring ukuran kecil sehingga membutuhkan waktu yang lama,” akunya.
Walaupun dengan berbagai kesulitan yang dihadapi, mereka berharap agar penelitian ini dapat memiliki hasil yang baik dan dapat membantu mengatasi permasalahan atas penggunaan plastik di masa depan. Mereka juga berharap agar mendapat kelancaran di ajang PIMNAS mendatang serta dapat mengharumkan nama almamater. (Yul)