Dr. Lia Istifhama, Wakil Sekretaris MUI Jatim
Dalam Hadits Arba’in No. 40, diterangkan bahwa Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma, beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyebrang jalan (musafir)”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhori).
Hadis tersebut sebagai pemantik semangat agar manusia memiliki semangat untuk berusaha. Maka dari itu, tulisan ini membagi dua hal, yaitu manusia agar tetap menjaga asa (harapan) – janganlah berputus asa, dan tetaplah berusaha dengan cara termudah.
Jaga asa jangan putus asa
Saat menghadapi masalah atau kesulitan, manusia hendaklah memiliki asa atau harapan bahwa terdapat kemudahan sehingga masalah atau kesulitan dapat diselesaikan, sesuai yang diterangkan dalam Q.S Al-Insyirah Ayat 5:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Dalam Firman Allah SWT di atas, kita diingatkan atas keoptimisan, bahwa terdapat kemudahan atau solusi dalam setiap kesulitan atau permasalahan hidup. Hal ini menjadi spirit hidup agar manusia tidak mengalami putus asa saat ditempa masalah.
Terlebih, dalam firman Allah SWT lainnya, yaitu Surat Al-Baqarah Ayat 286, diterangkan motivasi hidup bahwa setiap beban permasalahan ialah dialami setiap manusia sesuai kesanggupan.
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Berusaha dengan cara termudah
Berusaha, seyogyanya diakui sebagai kewajiban mengingat manusia harus memikirkan hari esok yang dihadapinya saat masih hidup. Oleh sebab itu, hadis di atas menekankan agar manusia seperti seorang musafir yang terus berjalan menyusuri jalan hidup, yaitu karakter seorang anak manusia yang pantang menyerah. Dengan kata lain, tidak mudah putus asa seperti yang diulas di atas.
Sedangkan konteks kalimat “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore”, merupakan bentuk tempaan agar manusia tetap berusaha dan janganlah menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan.
Pentingnya seorang manusia untuk selalu berusaha atau berikhtiar, diterangkan dalam surat Ar-Ra’du Ayat 11, sebagai bentuk motivasi untuk merubah kehidupan yang lebih baik:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Manusia, dalam memperbaiki kehidupannya, dapat memulai usahanya dengan cara termudah dan sesuai keinginannya agar memiliki semangat dalam menjalankan ikhtiarnya. Diterangkan dalam sebuah hadis:
عَنْ اَنَسِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوْا
Dari Anas ra. dari Nabi Saw. beliau bersabda: “Mudahkanlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira.”
Dengan memilih cara termudah dan rasa gembira, manusia dapat menjalankan ikhtiarnya tanpa merasa kesulitan atau terbebani. Hal ini dikarenakan bahwa strategi memberikan keringanan untuk diri sendiri, merupakan teladan dari ajaran Islam yang merupakan Rahmatan lil ‘alamin, bahwa Islam hadir sebagai ‘Rahmat’, yaitu anugerah, pertolongan, ataupun kemudahan, untuk alam semesta.
Pada akhirnya, dua cara tersebut, yaitu menjaga asa atau keoptimisan diri dan tetap berusaha atau berikhtiar, seyogyanya menjadikan manusia mendapatkan kelancaran dalam urusan hidupnya. Dan marilah kita senantiasa mengingat salah satu hadis berikut, sebagai bentuk pegangan dalam hidup kita:
“Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima: mudah mu sebelum tuamu, sholatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggang mu sebelum kesibukan mu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR.Al-Baihaqi)