JAKARTA, Beritalima.com– Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, maraknya pelanggaran protokol kesehatan pada periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lalu jangan sampai menjadi preseden pada era penerapan pola hidup baru atau new normal.
Ke depan, tak boleh ada pembiaran atas pelanggaran protokol kesehatan, karena risikonya sangat besar dan merugikan jutaan orang. “Saya prihatin dengan besarnya laju pertambahan jumlah pasien wabah virus Corona (Covid-19) dalam beberapa hari terakhir. Laju jumlah pasien yang cukup signifikan itu terjadi karena pembiaran atas ketidakpatuhan sekelompok warga pada protokol kesehatan,” kata dia dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, Senin (15/6).
Bamsoet, demikian sapaan akrab politisi senior Partai Golkar ini, data dan kecenderungan pertambahan pasien wabah Covid-19, menjadi bukti belum efektifnya peran aparatur Pemerintah Daerah dalam mengawasi serta mengendalikan kepatuhan warga menjalankan protokol kesehatan sepanjang penerapan PSBB.
Ketidakpatuhan pada protokol kesehatan terlihat nyata sejak sebelum hari raya, terutama di banyak pasar tradisional maupun di gerbong kereta rel listrik (commuter line). “Kerumunan penjual-pembeli di pasar tradisional dan kepadatan penumpang di gerbong KRL rentan penyebaran Covid-19. Data Tim Komunikasi Gugus Tugas percepatan Penanganan Covid-19 menyebutkan, lebih dari 400 pedagang di 93 pasar tradisional reaktif Covid-19,” kata Bamsoet.
Wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah tersebut menambahkan, ketidakpedulian warga pada protokol kesehatan sepanjang pemberlakuan PSBB bisa menjadi preseden buruk pada era penerapan pola hidup baru. Ketentuan PSBB yang ketat saja tidak dipatuhi, apalagi terhadap ketentuan pola hidup baru dengan sejumlah pelonggaran.
Karena itu, sebelum dan selama penerapan pola hidup baru, ungkap dia, saya mengingatkan aparatur Pemerintah Daerah untuk semakin peduli dan tegas dalam mengendalikan pergerakan atau mobilitas warga di ruang publik. “Tidak boleh lagi ada pembiaran atas pelanggaran protokol kesehatan, karena risikonya sangat besar,” tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini mencontohkan Beijing di China harus kembali di-lockdown karena adanya klaster baru Covid-19 di kota itu. Belajar dari pengalaman buruk Beijing, semua elemen masyarakat harus menyukseskan era pola hidup baru. Sebab, jika pola hidup baru gagal, dan hanya menghadirkan klaster baru Covid-19, bukan tidak mungkin PSBB harus diberlakukan lagi.
Klaster baru Covid-19 muncul karena ulah segelintir manusia yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Ketika klaster baru Covid-19 itu harus direpons dengan PSBB lagi, ada jutaan warga yang dirugikan. “Mari kita belajar dari akibat maraknya pelangaraan protokol kesehatan sebelum hari raya. Dalam beberapa hari terakhir, laju peningkatan jumlah pasien cukup signifikan. Kecenderungan seperti itu tidak boleh terjadi pada periode penerapan pola hidup baru,’’ ajak Bambang Soesatyo. (akhir)