SURABAYA, Beritalima.com|
Fenomena maraknya kasus self-harm di kalangan siswa SMP menjadi sorotan utama dalam pandangan psikologis yang disampaikan oleh Atika Dian Ariana, M.Sc., M.Psi, seorang Dosen Psikologi Universitas Airlangga dan Pakar Anak.
Atika mengungkapkan pandangannya terkait perkembangan perilaku anak SMP yang terpengaruh oleh tayangan media sosial yang terus-menerus.
Pengaruh Media Sosial pada Anak SMP: Landasan Perilaku Self-Harm
“Saat dalam masa SMP, anak-anak masih berada dalam fase pubertas, dimana perilaku belajar amati dan meniru menjadi ciri khas. Mereka terpapar tayangan sosial media secara terus-menerus, dan mungkin melihat self-harm sebagai cara efektif untuk mendapatkan perhatian atau mengekspresikan diri. Motifnya bervariasi, ada yang karena perhatian, ada pula yang benar-benar mengalami self-harm,” terangnya.
Tantangan Identifikasi: Memisahkan Antara Self-Harm Nyata dan Perilaku Meniru
Atika menyoroti bahwa anak SMP yang terpapar tayangan media sosial secara berlebihan cenderung menganggap self-harm sebagai metode yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu, baik itu mendapatkan perhatian atau sebagai bentuk pengalihan dari masalah psikologis yang sulit diatasi.
“Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam menangani kasus self-harm di kalangan anak SMP adalah membedakan antara tindakan nyata dan perilaku meniru. Pentingnya memberikan perhatian pada perubahan perilaku dan mencari bantuan profesional ketika diperlukan,” paparnya.
Dampak Fisik dan Psikologis: Menggali Konsekuensi dari Perilaku Self-Harm
Dampak self-harm tidak hanya bersifat fisik, melibatkan luka dan rasa sakit sementara, tetapi juga mencakup dampak psikologis yang kompleks.
Setelah merasakan lega, individu sering mengalami perasaan bersalah, berdosa, dan malu. Hal ini dapat memicu isolasi sosial, konflik keluarga, dan meningkatkan tingkat kesepian.
Pembandingan Sosial dalam Era Media Sosial: Tantangan Baru untuk Identitas Diri Remaja
Seiring dengan peningkatan penggunaan media sosial, perbandingan sosial menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku remaja.
Atika mengakui bahwa media sosial menyajikan tantangan baru dalam pencarian identitas diri, yang dapat memicu perasaan tidak nyaman dan rendah diri.
Dampak Media Sosial Terhadap Kompleksitas Self-Harm:
Perspektif Mendalam untuk Generasi Muda
Dalam konteks ini, fenomena self-harm di kalangan anak SMP tidak dapat dipisahkan dari dampak media sosial yang terus berkembang. Pemahaman mendalam terhadap kompleksitas perilaku ini menjadi kunci dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda.(Yul)