Mardani H Maming: BJ Habibie, Sosok Idola Kaum Milenial

  • Whatsapp
Caketum HIPMI nomor 4, Mardani H. Maming

JAKARTA, Beritalima.com | Bangsa Indonesia berduka. Kemarin, 11 September 2019, Presiden Ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meninggal dunia di Jakarta pada usia 83 tahun.

BJ Habibie sempat dirawat intensif di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat sejak Minggu (8/9/2019).

Bacharuddin Jusuf Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, meninggalkan kenangan mendalam bagi bangsa Indonesia. Tak hanya tokoh tua, tokoh-tokoh muda pun banyak merasa kehilangan. Salah satunya adalah Mardani H Maming, mantan Bupati Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), yang pernah tercatat sebagai Bupati termuda di Indonesia mengatakan BJ Habibie adalah sosok yang dia idolakan sejak kecil.

“Beliau adalah Presiden pertama di Indonesia yang berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mengembangkan tekhnologi tingkat tinggi (hi tech), dengan keberhasilannya membangun industri pesawat terbang,” ujar Mardani, Kamis (12/9/2019).

Menurut Mardani, yang pernah menjadi bupati selama dua periode dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), BJ Habibie sampai saat ini masih menjadi idola kaum milenial di Indonesia.

Menurut Mardani, yang merupakan salah satu kandidat calon Ketua Umum (Caketum) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), BJ Habibie yang merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo, adalah sosok yang patut diteladani oleh seluruh lapisan bangsa ini.

Baik keteladanan dalam membina rumah tangga maupun keteladan sebagai pemimpin bangsa.

Kisah cinta BJ Habibie dengan Ainun yang haru-biru dan keberhasilannya membina rumah tangga yang harmonis dan awet menjadi inspirasi dan teladan seluruh keluarga Indonesia.

Selain itu, ambisinya untuk mengembangkan teknologi yang tak berujung juga layak menjadi teladan, dan pantas ditiru oleh generasi muda Indonesia

Menurut Mardani, sebagai presiden BJ Habibie juga dinilai berhasil membuka alam demokratisasi di Indonesia.

“Kita teringat 21 tahun lalu, pada 11 Maret 1998, kala MPR memilih dan melantik Habibie sebagai wakil presiden. Beliau mengemban jabatan itu di masa-masa paling genting menjelang Reformasi. Dua bulan kemudian, pada 21 Mei, Soeharto mengundurkan diri dan beliau menggantikannya. Itu tentu saja masa-masa sulit yang harus dilaluinya,” tambah Mardani yang dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses.

Dikatakannya, masa jabatan BJ memang tak lama, sekira 17 bulan saja. Tapi beban yang ia tanggung sepeninggal Soeharto bukanlah perkara mudah.

Setidaknya, kata Mardani, ada lima isu besar menghadangnya saat itu, yaitu reformasi, masa depan ABRI, menyelesaikan pergolakan di daerah yang ingin lepas dari RI, pengadilan Soeharto, dan tentu saja pengentasan Indonesia dari krisis ekonomi tapi ternyata BJ Habibie berhasil melalui tantangan itu dengan baik.

“Boleh dibilang, beliau cukup berhasil membuka keran demokratisasi di Indonesia,” tambah Mardani.

Dalam masa kepresidenannya, kewenangan ABRI yang demikian luas di zaman Orde Baru berhasil dipangkas, terutama di bidang politik.

“Tak hanya itu, beliau pun berhasil mengatasi krisis ekonomi yang parah saat itu,” ujar Mardani.

Yang tak bisa dilupakan dari sosok BJ Habibie adalah ambisinya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang sarat dengan teknologi.

Melalui naskah bertajuk “Sophisticated Technologies: Taking Toot in Developing Countries” yang terhimpun dalam International Journal of Technology Management (1990), BJ Habibie mengkonstatasikan bahwa bangsa ini harus melakukan lompatan-lompatan besar dalam “Visi Indonesia” yang bertumpu kepada riset dan teknologi.

Habibie yang ambisius punya target Indonesia yang semula dikenal sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri jika mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka itulah sosok Habibie selalu dikaitkan dengan frasa yang sering meluncur dari mulutnya: hi-tech.

Seperti diketahui, pada 26 April 1976 Habibie mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjabat sebagai presiden direktur. Habibie meneruskan kerja-kerja pengembangan tenologi pesawat terbang yang sebelumnya dirintis Nurtanio Pringgoadisurjo. Kala itu IPTN adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara. Pada 11 Oktober 1985 nama “Nurtanio” diganti dengan “Nusantara”.

Karya Habibie yang paling ikonik tentu saja adalah pesawat N250 yang kemudian dinamai Gatotkaca. Desain pertamanya mulai dirancang pada 1989 dengan kapasitas 50 penumpang. Purwarupanya dibangun pada 1992 dan akhirnya mengudara pertama kali pada 1995, bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-50.

Gatotkaca bukan pesawat sembarangan. Di masa itu, ia adalah satu-satunya pesawat turbo prob di dunia yang menggunakan teknologi fly by wire.

“Apa yang sudah dilakukan BJ Habibie itu, tak hanya untuk dikenang. Tapi mestinya menjadi motivasi kita semua untuk melanjutkan cita-citanya,” tutup Mardani.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *