Martin Manurung: Indonesia Bisa Belajar Dari Sukses Fujian Tangani Covid-19

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Martin Manurung mengatajan, kiat-kiat pemulihan yang dilakukan Provinsi Fujian, China merupakan praktik terbaik yang dapat menjadi pelajaran buat Indonesia dalam menangani wabah virus Corona (Covid-19).

Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini dalam diskusi virtual dengan tema ‘Tukar Pengalaman Melawan Pandemi Covid-19 Antara Indonesia-RRC’ dengan Pemerintah China terkait dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju New Normal dari pandemi virus Corona (Covid-19), Kamis (28/5).

Dalam diskusi itu, Pemerintah China menjelaskan arahan Presiden Xi Jinping yang menempatkan penanganan Covid-19 pada prioritas kesehatan dan pemulihan ekonomi dengan prinsip pencegahan ilmiah, implementasi kebijakan yang tepat, mendorong normalisasi kegiatan ekonomi dengan tertib, baik perusahaan perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri dan PMA. Hasilnya, pada April lalu, Provinsi Fujian mencapai tingkat pemulihan 100 persen di bidang perdagangan luar negeri, dan 100 persen untuk PMA.

Konsulat Departemen Perdagangan Pemerintah Provinsi Fujian, Wu Fei dalam diskusi itu menceritakan hypermarket dan supermarket, toko dan pasar grosir pertanian telah kembali normal 100 persen. Tingkat pembukaan pasar mencapai 99 persen normal.

“Pengalaman kami menunjukkan, tim koordinasi dilakukan melalui kepemimpinan pemerintah provinsi. Ada 24 unit anggota dan sembilan kota serta satu kabupaten membentuk mekanisme kepemimpinan terkoordinasi dengan kerja sama horizontal yang erat dan hubungan antara provinsi dan kota. Ada lima gugus kerja di bawah tim itu, yaitu perdagangan luar negeri, investasi asing, perdagangan, layanan dan pelabuhan. Masing-masing melakukan pekerjaan sesuai tugas pokok dan fungsinya,” jelas Wu Fei.

Gugus tugas itu melakukan rapat berkala setiap minggu untuk melakukan review permasalahan yang dihadapi setiap pekannya. Hasil dari rapat itu dibuatkan laporan dengan sistem informasi yang cepat. Bila ada kesulitan yang dihadapi di luar lingkup provinsi, diserahkan ke tingkat Pusat.

“Kami meningkatkan kolaborasi antara departemen. Kami memperkuat kerja sama strategis dengan kantor perpajakan, bea cukai dan departemen yang lain untuk mengeksplorasi bentuk baru pengawasan perdagangan luar negeri dan inovasi layanan,” tegas dia.

Cara-cara Pemerintah Fujian itu perlu dicontoh. Ini untuk membangun kepercayaan masing-masing negara dalam hubungan internasional pasca pandemi Covid-19. Di samping itu, upaya kerja sama mengingatkan konteks historis antara dua daratan besar di Asia.

Berbagai peristiwa mulai dari masa kejayaan hingga masa sulit seperti sekarang ini telah dilalui kedua bangsa. Para leluhur bangsa Indonesia dan bangsa China juga telah terbiasa menghadapi segala tantangan zaman secara
bersama-sama. Kuatnya hubungan ekonomi kedua negara ini, terlihat dari besarnya investasi China di Indonesia yang menempati peringkat dua teratas.

Pada kesempatan yang sama, politisi Nasdem yang juga Wakil Ketua DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel mengatakan, posisi investasi China 2019 Rp70,5 triliun dan menempatkan negara ‘Tirai Bambu’ itu pada posisi kedua setelah Singapura dengan investasi Rp97,5 triliun, dan di atas Jepang yang mencapai Rp 64,5 triliun.

“Karena itu, kemitraan yang terjalin begitu mesra sejak beberapa tahun terakhir ini harus ditingkatkan. Apalagi dalam situasi saat ini, khususnya pada masa pandemi Covid-19, Indonesia sangat membutuhkan masuknya investasi asing, baik dari mitra barunya, maupun negara mitra lama seperti China,” terang dia.

Anggota Komisi XI DPR RI, Fauzi H Amro menyebut, penguatan kerja sama yang dapat dilakukan China memiliki dampak strategis bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Dalam catatannya, APBN Indonesia saat ini bisa mengalami defisit Rp1.028,5 triliun atau 6,72 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Taksiran pendapatan negara tahun ini hanya mencapai Rp1.691,6 triliun, turun 13,6 persen dibandingkan realisasi 2019 Rp1.957,2 triliun. Angka ini juga lebih rendah Rp69,3 triliun dari target Perpres No: 54/2020 yang Rp 1.760,9 triliun,” rinci Fauzi H Amro. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait