SAMPANG, BeritaLima.com | Puluhan massa yang tergabung dalam Solidaritas Peduli Perempuan dan Anak bersama mahasiswa dan LSM MDW turun ke jalan mendesak Polres Sampang menuntaskan sejumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak. Mereka menilai aparat penegak hukum terlalu lamban menangani perkara yang telah bergulir sejak 2020 hingga 2025.
Dalam orasinya, Juhairiyah menyebut ada enam kasus yang hingga kini masih mangkrak di berbagai kecamatan, mulai Torjun, Camplong, Robatal hingga Tambelangan. “Kalau ini tidak segera dituntaskan, kami akan turun lagi dengan massa yang lebih besar. Bahkan kami siap mendesak Kapolda Jatim untuk turun tangan,” tegasnya.
Massa bahkan menduga ada permainan di balik lambannya penanganan. “Sudah dua bulan lebih tidak ada titik terang. Bisa jadi ada permainan. Tapi kami tetap berharap pelaku segera ditangkap dan diadili,” imbuhnya.
Suasana aksi semakin haru ketika Mistiyah (55), nenek salah satu korban, menyampaikan keluhannya. Ia berharap aparat tidak acuh dalam menangani kasus pencabulan. “Bayangkan kalau ini menimpa anak atau keluarga sampean sendiri, apakah hati nurani sampean tidak tergerak untuk menuntaskan kasus ini,” ucapnya dengan nada penuh emosi.
Menanggapi desakan massa, Kapolres Sampang AKBP Hartono menegaskan pihaknya telah bekerja maksimal. Ia mengaku selalu memantau perkembangan kasus setiap apel rutin. “Setiap habis apel saya tanyakan, kasus ini bagaimana, kasus itu bagaimana. Artinya kami peduli dan serius menindaklanjuti,” katanya.
Namun, Hartono mengakui ada sejumlah kendala. Banyak kasus baru dilaporkan setelah terlebih dahulu viral di media, sehingga pelaku keburu melarikan diri. “Komunikasi putus, HP mati, keluarga sudah tidak ada di rumah. Di situlah kesulitan kami,” jelasnya.
Untuk mempercepat penangkapan, Polres telah membentuk tim khusus gabungan Intel dan Reskrim. “Kami tetap berupaya mencari informasi dari berbagai pihak. Kalau masyarakat tahu keberadaan DPO, segera lapor. Pasti kami tindaklanjuti,” tegasnya.
Hartono juga menepis tudingan adanya permainan aparat. “Kalau ada anggota saya yang bermain, silakan laporkan. Pasti saya tindak tegas. Saya tidak main-main dalam hal ini,” ujarnya.
Polemik ini mencerminkan ketegangan antara keresahan publik dan klaim aparat. Publik menuntut bukti nyata berupa penangkapan seluruh pelaku, sementara kepolisian menegaskan komitmennya untuk memaksimalkan penanganan kasus kekerasan seksual di Kabupaten Sampang. (FA)






