Masyarakat Terpukau Lihat Musik Kontemporer “Rek” dan Tari Topeng “Laire Nogo Tahun”

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Dua karya seni dan budaya Sabtu (9/8/2025) malam hadir sepanggung di Gedung Teater Lt 2 Balai Pemuda Surabaya. Musik Kontemporer “Rek” karya Komposer Joko Porong dan Tari Topeng Malang “Laire Nogo Tahun” oleh Padepokan Seni Topeng Asmorobangun.

Pertunjukan ini meramaikan pameran seni rupa kontemporer skala besar “ARTSUBS 2025” yang tengah berlangsung di Balai Pemuda Surabaya sejak 2 Agustus hingga 7 September 2025 mendatang.

Dibuka oleh Endah Budi Heryani Ss MM, Ketua Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 11 Jawa Timur ini menyebutkan, dalam Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang pemajuan kebudayaan nasional.

“Pasal tersebut berbunyi Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya,” papar Endah.

“Hal tersebut selanjutnya diturunkan pada Undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” lanjut ia di pertunjukan yang dihadiri ratusan pecinta kesenian dan kebudayaan, termasuk beberapa pejabat Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya ini.

“Jika kita kaitkan dengan Undang-undang No. 5 tahun 2017, maka kegiatan Sub Performance ArtSubs ini merupakan salah satu upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan,” terang Endah.

“Selain itu, juga sebagai wujud kerja sama dan kolaborasi dalam pemajuan kebudayaan, dimana masing-masing bergerak merajut warna yang berbeda sehingga menghasilkan rajutan pemajuan kebudayaan Jawa Timur yang memukau,” imbuhnya.

Dalam pertunjukan, komposisi Musik Kontemporer “Rek” adalah hasil proses kreatif komposer Joko Porong dalam menandai keberlanjutan kekaryaannya. Karya ini menjadi bagian trajectory perjalanan artistik komposer sejak kecil bersama arek-arek di Kota Surabaya.

Karya musik ‘Rek’ diciptakan Joko Winarko (nama aslinya) dengan menggunakan objek gamelan yang kemudian dipertemukan dengan ragam budaya musik baik konvensional atau juga non-konvensional.

Pembacaan kandungan nilai egaliter diterjemahkan dalam eksplorasi dan eksperimentasi karya yang mengandung suasana hikmat, semangat, dan riuh (ethes).

Gagasan tentang tempuran adalah ruang pertemuan dan pencampuran untuk menjadi berbeda secara karakteristik, este@ka, dan sistem akustik.

Karya musik ‘Rek’ melayang tanpa hierarki. Memberi ruang kultur penjelajahan yang setara. Mempertemukan berbagai budaya musik. Jalan kolaborasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Mengandalkan eskplorasi dan eksperimentasi yang rumit. Tempuran sebagai ekspresi perlawanan sekaligus kebersamaan.

Ceblang-ceblung membuka dialog dalam tekstur perkusif yang agresif. Ekspresinya melonjak untuk terus berkembang. Dan kini, menemukan resonansi dalam budaya arek.

Karya musik ‘Rek’ bukan sekadar komposisi musik. Tetapi merayakan perlintasan budaya dan ekspresi egaliter. Ia sebagai penanda perjalanan artistik personal yang bermuara di Surabaya.

Tak kalah seru adalah pertunjukan Tari Topeng “Laire Nogo Tahun” oleh Sanggar Tari Asmorobangun Malang dengan gebrakan Gamelan Sawunggaling Unesa.

Ceritanya, Dewi Wadal Werdi bermimpi bertemu dengan Panji Asmoro Bangun, lalu minta pada ayahnya Begawan Gajah Abuh untuk dinikahkan dengan Panji. Permintaan ini disetujui dengan cara menculik Dewi Sekartaji asli dan digantikan dengan Sekartaji palsu (Dewi Wadal Werdi).

Di hutan Dewi Sekartaji melahirkan seorang bayi yang diberi nama Panji Laras. Setelah menginjak remaja Panji Laras dengan ditemani ayam jagonya pergi ke Kerajaan Jenggala untuk mencari ayahnya.

Di alun-alun Jenggala Panji Gurowongso sedang mengadakan sayembara adu jago dengan hadiah Negoro Sigar Semongko (separuh negara Jenggala).

Panji Laras mengikuti sayembara tersebut dan berhasil memenangkannya, tetapi Panji Gurowongso tidak terima sehingga terjadilah peperangan.

Jarodeh melerai, dan mengadakan sayembara kendi. Barang siapa yang bisa masuk dalam kendi berati ia putra Panji Asmoro Bangun yang asli. Ternyata Panji Gurowongso yang bisa masuk dalam kendi tersebut. Setelah kendi dipecah, berubahlah ia menjadi Nogo Tahun.

Ratusan penonton yang memenuhi Gedung Teater Balai Pemuda Surabaya terpukau dan tepuk tangan panjang. Endah mengatakan, nanti pada 17 Agustus 2025 juga akan digelar Tari Kontemporer Nopeng, Hari Ghulur, dan Sanggar Rukun Pewaras.

Terus pada 23 Agustus 2025 ada Teater Api Indonesia, 30 Agustus 2025 giliran Bengkel Muda Surabaya dan Kamateatra, lalu ditutup dengan Perayaan Suara Rasa serta Silam Pukau pada 7 September 2025.

“Semoga kegiatan ini memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Timur,” ucapnya Endah. “Sukses untuk ArtSubs dan maju terus kebudayaan Jawa Timur,” tutupnya. (Gan)

Teks Foto: Sebagian yang berperan dalam gelaran Musik Kontemporer “Rek” dan Tari Topeng “Laire Nogo Tahun” di Surabaya.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait