Jombang | beritalima.com – Tradisi masyarakat desa sebagai budaya adi luhung yang harus dipertahankan keasliannya memiliki keanekaragaman budaya yang harus digali mulai dari cara berpakaian sampai dengan bertahan hidup.
Tiap desa memiliki perbedaan dari satu desa dengan desa yang lain baik berdasarkan kultur maupun berdasarkan keberadaan alam sekitarnya hingga masyarakat berlomba lomba menpertahankan hidupya baik untuk pribadinya, keluarganya, kelompoknya maupun untuk warga sekitarnya.
Desa sebagai pusat peradaban sebelum menjadi perkotaan kental dengan primordialisme, kental dengan adat istiadat bahkan ribuan tahun masyarakat desa menjalani kebiasaan kebiasaannya namun kebiasaan masyarakat desa itu bukan satu budaya yang berdiri sendiri melainkan bersumber dari berbagai budaya yang masuk.
Bisa dari masyarakat setempat itu sendiri yang tidak pernah pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden). Atau dari penyebaran akulturasi budaya lain yang masuk ke dalam satu tempat hingga berkembang sampai sekarang ini.
Sedangkan budaya yang telah melekat di desa tidak bisa dihitung lagi karena karena jumlahnya banyak dan tidak bisa dihitung satu persatu kendati awalnya hanya dari lingkungan keluarga yang menjadi pusat peradaban lalu masuk peradaban lain kemudian berkembang. Adat istiadat yang berlangsung lama ribuan tahun menyangkut sikap dan perilaku masyarakat desa. Sikap dan perilaku masyarakat desa menjadi penentu maju tidaknya pembangunan di desa.
Berdasarkan pantauan beritalima di lapangan, bahwa di Desa Trawasan, Kecamatan Sumonito, Kabupaten Jombang kental primordial dan kental adat istiadat bahkan kebiasaan kebiasaannya mendarah daging tidak mau dihilangkan. Ironisnya semua prilaku dikatakan tradisi namun kata tradisi dapat terbagi beberapa makna yakni ada tradisi yang menguntungkan dan ada tradisi yang tidak menguntungkan.
Tradisi yang tidak menguntungkan yaitu mau tau urusan orang lain sedatail detailnya. Uniknya biasa menceritakan urusan orang lain lalu selalu cepat tanggap ketika ada orang lain bicara urusan pribadi atau urusan keluarga.
Salah satunya keluarga Nasrul dari sekian banyak orang yang ada di Desa Trawasan hanya keluarga Nasrul beserta anak dan istrinya diajarkan kurang ajar mau tau urusan orang terhitung sejak 2003 hingga sekarang.
Istrinya Puada selalu mau tau urusan keluarga bahkan kerap memotong pembicaraan orang yang seharusnya ngobrolnta yang sedang lancar lancarnya lalu terputus. Uniknya ketika ditegur, suaminya berang dan mengajak berkelahi (gelut).
Liciknya dia yang mengajak berkelahi dia sendiri yang berteriak teriak, hebatnya semua orang percaya apa yang diucapkan bahkan tak ada satupun yang tidak percaya omongannya.
Dedy Mulyadi
Jurnalis dan Pemerhati Masyarakat







