Maulid Nabi di Tampo Krajan Sarat Nuansa Budaya dan Tradisi Endog-Endogan

  • Whatsapp
Foto: Meriah tradisi endok endogan diacara maulid nabi Muhammad Saw, Dusun Krajan Desa Tampo.(Doc, Rony)

BANYUWANGI,Beritalima.com – Tradisi endog-endogan kembali menyemarakkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Musolah Ar Rahman, Dusun Krajan, Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Warga setempat kompak menggelar acara penuh kemeriahan dengan menghadirkan kesenian asli Banyuwangi, yakni terbangan khas suku Osing.

Ketua panitia kegiatan, Handoko Kusumo, menjelaskan bahwa rangkaian acara Maulid Nabi dilaksanakan sejak pagi hari. Dimulai pukul 07.00, jamaah bersama-sama membaca tahlil yang dipimpin oleh tokoh agama setempat ustad Waris dan Asomi. Seusai tahlil, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan Kitab Barzanji, sebuah karya sastra keagamaan yang berisi syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW, riwayat hidup beliau, hingga doa-doa kebaikan.

Bacaan Lainnya

“Maulid Nabi di musholla ini selalu kami awali dengan tahlil, lalu membaca Kitab Barzanji. Dengan begitu, warga tidak hanya ikut memeriahkan secara lahiriah, tapi juga ikut menghayati nilai-nilai keteladanan Nabi Muhammad SAW,” ungkap Handoko.

Foto: Kembang endok atau biasa disebut warga Osing endok endogan dijajar ditepi jalan menunggu acara arak arakan dimulai.(Doc,Rony)

Sejarah Endog-Endogan

Tradisi endog-endogan telah mengakar dalam budaya masyarakat Banyuwangi sejak ratusan tahun silam. Kata “endog” berarti telur. Telur yang dihias dan ditancapkan pada batang pisang atau janur ini melambangkan kehidupan, kesucian, dan harapan baru.

Selain menjadi simbol kebersamaan, endog-endogan juga dipahami sebagai media dakwah para ulama tempo dulu. Dengan memadukan simbol telur dan tradisi arak-arakan, masyarakat Osing diajak memahami nilai-nilai Islam lewat cara yang selaras dengan budaya lokal.

Di Tampo Krajan, tradisi ini terasa lebih istimewa karena dipadukan dengan lantunan terbangan khas Banyuwangi. Dentuman rebana yang berpadu dengan syair-syair shalawat menambah khidmat suasana.

Foto: Warga di musolah Ar-Rahman bersama – sama membaca Kitab Barzanji.(Doc, Rony)

Tokoh masyarakat yang juga pelestari budaya seni, Uny Saputra, Ketua Perkumpulan Pendopo Semar Nusantara, menegaskan bahwa kesenian terbangan harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.

“Terbangan ini bukan hanya hiburan, tapi warisan budaya yang sarat nilai religius. Di dalamnya ada shalawat, ada doa, dan ada rasa kebersamaan. Kalau tidak kita lestarikan, generasi berikutnya bisa kehilangan salah satu identitas seni asli Banyuwangi,” kata Uny Saputra.

Ia menambahkan, mengintegrasikan seni tradisi dengan kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi adalah cara yang tepat untuk merawat budaya sekaligus memperkuat iman masyarakat.

Handoko pun menegaskan, masyarakat Dusun Krajan akan terus menjaga kelestarian tradisi ini.

“Kami berharap generasi muda tidak hanya ikut memeriahkan, tetapi juga memahami makna di balik tradisi endog-endogan dan pembacaan Barzanji. Inilah identitas kami sebagai warga Banyuwangi, khususnya masyarakat Osing,” ujarnya. (Rony//B5)

beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait