Maulid Nabi, Pengejawantahan 4 Karakter Rasulullah Sebagai Teladan Kepemimpinan

  • Whatsapp

Dr. Lia Istifhama, M.E.I., Ketua I STAI Taruna Surabaya

Syubbanul yaum rijalul gadd (شبان اليوم رجال الغد), yang bermakna bahwa Pemuda hari ini adalah pemimpin besok hari, tentunya menjadi stimulus dan dorongan agar para generasi muda mempersiapkan diri sebagai pemimpin bangsa.

Direlevansikan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, maka inilah momentum bagaimana 4 karakter Rasulullah SAW menjadi pengejawantahan keteladanan dalam membangun karakter pemimpin. Karakter yang juga disebut sebagai 4 sifat wajib Rasulullah SAW, adalah as-siddiq, al-amanah, at-tabligh, dan al-amanah.

Sifat wajib pertama yang dimiliki oleh Rasul adalah As-Siddiq yang berarti selalu benar atau jujur, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 41:
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam: 41).

Sedangkan berikutnya adalah Al-Amanah atau yang dapat dipercaya. Ketiga adalah At-Tabligh yang berarti menyampaikan wahyu Allah SWT. Bahwa Rasulullah SAW memiliki keberanian dan ketegasa menyampaikan wahyu kepada umat tanpa ada satupun wahyu yang disembunyikannya.
يٰۤـاَيُّهَا الرَّسُوۡلُ بَلِّغۡ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ مِنۡ رَّبِّكَ‌ ؕ وَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسٰلَـتَهٗ‌ ؕ وَاللّٰهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ النَّاسِ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡـكٰفِرِيۡنَ
Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Maidah: 67).
Keberanian dan ketegasan Rasulullah SAW dalam menyampaikan wahyu, juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, diantaranya Surat Al-‘Imran ayat 173:

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”

Sedangkan karakter terakhir adalah sebuah kecerdasan (Al-Fatanah). Rasulullah SAW memiliki karakter yang menunjukkan keahlian dalam berstrategi, berdiplomasi, dan berkomunikasi secara istimewa sehingga mampu dipahami oleh semua umat. Salah satu kisah yang menampakkan kecerdasan Rasulullah SAW adalah saat Perang Badar pada hari Jumat 2 Ramadlan 2 Hijriah.

Saat itu, umat Islam yang dipimpin Rasulullah SAW hanya berjumlah 313 orang dan tengah berpuasa, berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin dengan persenjataan lebih lengkap, yaitu zirah, tombak, pedang, dan alat tempur lainnya, Nabi Muhammad SAW kemudian berdoa kepada Allah SWT: “Ya Allah. Jikalau rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan untuk binasa, maka tidak akan ada seorang pun setelah aku yang akan menyembah-Mu. Semua orang yang beriman akan meninggalkan agama Islam nan sejati ini.”

Setelah berdoa, Nabi Muhammad SAW merancang strategi peperangan. Dia menjajarkan pasukan kaum muslim dalam formasi rapat. Dia juga memerintahkan agar sumur-sumur segera dikuasai untuk memutus pasokan air ke kaum kafir Quraisy. Selain itu, perang juga diawali dengan pertempuran jarak jauh.

Saat pasukan kafir Quraisy bertolak untuk menyerang, umat Islam tidak segera menyambutnya dengan adu fisik secara langsung. Mereka terlebih dahulu menembakkan anak-anak panah dari kejauhan. Kemudian, barulah mereka menghunus pedang dan melakukan pertempuran.

Akhirnya, pertempuran pun dimenangkan kaum muslim dan menjadi kisah ikonik tentang strategi perang yang sangat hebat karena mampu mencapai sebuah falah (kemenangan) di tengah kesempitan atau kesulitan.

Tentunya, semua karakter tersebut menjadi pondasi penting bagaimana generasi muda bisa meneladani tatkala bersiap menjadi pemimpin bangsa yang mampu memiliki kredibilitas dari orang lain dan dicintai oleh masyarakatnya. Terlebih, jika ditarik dengan era digitalisasi, maka penting sekali sebuah internalisasi karakter cerdas (fatonah) dalam bermedsos. Dalam hal ini, cerdas dalam bertutur kata, tidak terjebak dalam hujatan, ujaran kebencian, terlebih fitnah.

Pada akhirnya, kita pun pada momentum Maulid Nabi, tetaplah menundukkan hati dan pikiran untuk mendambakan syafa’at Rasulullah SAW kelak di hari Kiamat, seperti yang tertuang dalam Hadis:

Rasulullah Saw bersabda: “Aku kesayangan Allah (dan tidak congkak). Aku membawa panji “PUJIAN” pada hari kiamat, di bawahnya Adam dan yang sesudahnya (dan tidak congkak). Aku yang pertama pemberi syafa’at dan yang diterima syafaatnya pada hari kiamat (dan tidak congkak). Aku yang pertama menggerakkan pintu surga dan Allah membukanya untukku dan aku dimasukkanNya bersama-sama orang-orang beriman yang fakir (dan tidak congkak). Dan Aku lah paling mulia dari kalangan terdahulu dan terbelakang di sisi Allah (dan tidak congkak).” (HR. Tirmidzi)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait