SURABAYA, beritalima.com – Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,17 persen pada bulan Mei 2018 kemarin. Hal ini dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono, di kantornya di Surabaya, Senin (4/6/2018).
Inflasi itu dialami di 7 kota/kabupaten, dan cuma 1 kota yang mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep, mencapai 0,30 persen. Sedangkan deflasi terjadi di Kediri, yaitu sebesar 0,17 persen.
Dari 7 kelompok pengeluaran, 6 kelompok mengalami infasi, dan satu kelompok mengalami deflasi.
Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok kesehatan, yakni sebesar 0,44 persen. Sedangkan yang deflasi, kelompok bahan makanan, sebesar 0,26 persen.
Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur bulan Mei 2018 naik 0,83 persen, dari 104,55 menjadi 105,42.
Kenaikan NTP tersebut disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib).
Pada bulan Mei 2018, semua sub sektor pertanian mengalami kenaikan NTP. Terbesar terjadi pada sub sektor perikanan, yakni sebesar 1,39 persen, atau dari 110,93 menjadi 112,47.
Berikutnya sub sektor tanaman pangan, sebesar 1,34 persen, atau dari 103,29 menjadi 104,68.
Setelah itu sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,57 persen, sub sektor hortikultura 0,53 persen, dan sub sektor peternakan 0,53 persen.
Sementara Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur bulan Mei 2018 naik 1,90 persen, dari 124,34 di bulan April 2018 menjadi 126,70 di bulan Mei 2018.
Kenaikan NTN ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan naik sebesar 1,57 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar nelayan turun sebesar 0,33 persen.
Perkembangan NTN bulan Mei 2018 terhadap Desember 2017 (tahun kalender) naik sebesar 1,20 persen. Adapun perkembangan NTN bulan Mei 2018 terhadap bulan Mei 2017 (year-on-year) juga naik sebesar 6,36 persen. (Ganefo)
Teks Foto: Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono.