Oleh Ferdinandus Naibobe
Pendahuluan
Dalam kisah penciptaan manusia, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Pria dan perempuan mendapat tempat istimewa dalam karya penciptaan. Hal yang istimewa dari kita sebagai ciptaan adalah memiliki hati nurani dan akal budi. Inilah yang membedakan kita dari ciptaan lain di dunia. Ia pun memberi tugas yang besar bagi kita untuk merawat dan menguasai ciptaan lain dengan tanggung jawab. Ini juga Allah meminta kita untuk saling mencintai satu sama lain seperti kita mencintai diri sendiri dan tidak menghakimi. Hal ini harus kita lakukan karena Allah sudah sejak awal telah mencintai kita. Maka kita harus menjalankan tugas ini dengan taat, setia dan tanggung jawab. Perempuan adalah aku yang lain dalam kemanusiaan bersama. Dalam Injil Yohanes yang dibahas dibawa ini, menampilkan kepada kita siapa diri perempuan sesungguhnya dengan kekayaan dan kekurangan dirinya. Perempuan harus dihargai bukan dilecehkan. Karena martabat pria dan perempuan, sama di mata Allah.
(Perempuan, Zinah)
Pembahasan
Pengertian perempuan
Perempuan dalam KBBI adalah lawan dari laki-laki; wanita. Perempuan adalah manusia berjenis kelamin betina. Berbeda dari wanita, istilah “perempuan” dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak. Sedangkan, wanita adalah sebutan yang digunakan untuk manusia yang berjenis kelamin atau berjenis kelamin perempuan, Dalam Ensiklopedia Perjanjian Baru, kata perempuan berasal dari Bahasa Yunani yaitu gyne: “perempuan, istri”.
Perempuan Dalam Perjanjian Lama
Teks Alkitabiah pertama yang harus diperiksa ialah bab pertama kitab Kejadian. “Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nyadia; pria dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Maka sejak semula umat manusia dilukiskan seperti digariskan dalam relasi pria dan perempuan. Inilah umat manusia yang berbeda menurut jenis kelaminnya, yang secara eksplisit dinyatakan sebagai gambar Allah. Perempuan diciptakan dari daging yang sama dan diliputi misteri yang sama dapat memberi masa depan kepada hidup pria. Perempuan adalah aku yang lain dalam kemanusian bersama.
Kedudukan perempuan dalam bangsa Yahudi
Seorang wanita Israel tidak memiliki hak yang sama seperti pria. Dalam keadaan selalu rendah, mereka tidak dapat memberi kesaksian di pengadilan, tidak dapat meminta atau mengusahakan keadailan, bahkan juga tidak dapat menjadi ahli waris suami mereka. Meskipun demikian, mereka mendapat perlindungandalam hukum.
Perempuan Dalam Perjanjian Baru
Yesus berbeda dengan orang sezaman-Nya, sebab Ia bersikap luwes terhadap kaum wanita. Ia tidak ragu-ragu mengunjungi wanita, biarpun hal itu diketahui umum (Mat 26:7) dan menyembuhkan mereka (Mat 8:14). Ia mengizinkan mereka mengikutu-Nya (Luk 8:1-3; 23:55). Ia menyerahkan tugas kepada Maria dari Magdala (Yoh 20:17). Ia menganjurkan untuk wanita-wanita tertentu ditiru (Luk 15:8; Mat 13:33; 25:1-13) atau mengagumi iman mereka (Mat15:28; Luk 1:28), namun Ia tahu bahwa kaum wanitalah yang melakukan zinah (Mrk 10:12).
Perempuan Dalam Yoh 8:11
Penginjil menampilkan Yesus di sini sebagai pribadi pendoa. Hal ini digambarkan dalam ayat 1. Ia bermalam di bukit Zaitun. Dalam ayat ini menunjukkan Yesus yang selalu menepi dari keramaian, mendaki bukit Zaitun, berdoa, menimba kekuatan dari Allah dan beristirahat. Bukit Zaitun tempat Yesus bermalam terletak di sebelah Timur kota Yerusalem. Bukit ini terletak kurang lebih 3 kilometer di sebelah timur Yerusalem, kurang lebih 1 kilometer dari tembok kota, di seberang lembah Kidron. Ketiga pagi benar, Ia ke Bait Allah. Ia mulai mengajar banyak orang yang datang kepada-Nya. Ketika Ia sedang mengajar, para ahli Taurat dan Farisi datang membawa seorang perempuan yang berbuat zinah. Mereka menyapa Yesus dengan Rabbi atau Guru. Mereka bertanya dan berharap mendapat jawaban pasti dari Yesus tentang perempuan yang berzinah. Maksud pertanyaan mereka adalah untuk mencobai Dia. Dalam arti nama mereka mencobai Yesus? Pakar lain mengatakan bahwa jika Ia memaafkan wanita itu, Ia melanggar hukum Musa; jika Ia menghukum dia, Ia melanggar hukum Roma yang memegang otoritas hukuman mati.
Namun sementara nerenungkan jawaban-Nya, kiranya Ia hanya membuat coretan-coretan. Dengan demikian, Ia menghindari jebakan yang telah dipasang para pelayan. “Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan baru kepada perempuan itu”. Dengan pernyataan ini, Yesus meringkas pandangan-Nya; dan orang banyak dengan perlahan-lahan menghilang, meninggalkan Ia sendiri bersama wanita itu. Ia pun bertanya kepada wanita itu, apakah ada seseorang yang menghukum dia. Tanpa saksi yang melawan dia, maka tidak ada perkara. Ia pun mengatakan kepada perempuan itu: “…Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Ini merupakan pengampunan yang disusul dengan suatu perintah dari Yesus sendiri.
Perempuan Yang Berzinah
Zinah adalah hubungan seks antara wanita yang sudah menikah dengan pria. Dalam kamus Alkitab, kata zinah seringkali dipakai secara kiasan dalam arti: penyembahan berhala, ketidaksetiaan, dan murtad terhadap Allah Israel, khususnya dalam kibab Yehezkiel dan Yosea. Dalam Yohanes menampilkan drama yang menarik. Di sini dalam Kitab Suci, para ahli Taurat dan Farisi dikenal sebagai orang yang suka pura-pura. Mereka berbuat seolah-olah paling suci. seolah-olah mereka membenci kejahatan dan berjalan diatas jalan yang benar. Apalagi mereka adalah kelompok masyarakat yang tahu betul undang-undang agama yaitu hukum Musa. Dengan hukum Musa, mereka mengadili banyak orang. Sementara itu mereka tidak menggunakan hukum Musa untuk mengadili diri sendiri.
Seorang wanita yang kedapatan berbuat zinah menjadi korban dia dijatuhi hukuman mati dirajam sesuai dengan hukum Musa. Mereka menanya dan mendesak Yesus untuk memberi jawaban. Yesus tidak langsung menjawab tetapi diam. Yesus tahu bahwa pengadilan atas wanita itu telah dipakai untuk menyembunyikan kejahatan mereka. Dengan jawaban Yesus “Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan baru kepada perempuan itu”, membongkar tempat persembunyian mereka. Merasa diri terancam dan penyembunyian diri dibongkar, mereka diam-diam meninggalkan Yesus dan wanita itu sendiria. Bagi mereka lebih baik hukum Musa dilanggar daripada rahasia pribadinya dibongkar. Mereka lebih menjaga harga diri dan menjunjung tingginya daripada hukum Musa.
Di zaman sekarang, masih ada banyak orang yang dapat menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya dengan berbuat sedemikian rupa untuk mengelabui mata sesama. Semua keutamaan dan kebajikan ditampilkan untuk menipu orang lain. Banyak orang tidak mengetahui karena mereka membentengi diri dengan tembok pembatas untuk menyembunyikan diri yang sebenarnya. Hal ini sering berhasil bagi mereka. Namun dimata Tuhan, mereka tidak bisa menyembunyikan diri karena Ia mengenal setiap pribadi.
Simpulan
Kisah ini sangat memikat para pendengar. Pada garis besarnya, kisah ini mengingatkan supaya jangan terlalu mudah menghakimi orang lain yang kesalahannya tampak lebih besar daripada kesalahan sendiri. Kisah ini menjadi suatu peringatan terhadap pelaksanaan kaku dari hukum dan menampilkan perlunya pengampunan. Kisah ini juga merupakan peringatan Yesus terhadap hukum yang mendiskriminasikan wanita dan menunjukkan sikap positif Yesus terhadap kaum pendosa. Semoga kita tidak menghakimi sesame dan menjadi pribadi yang membawa pengampunan di saat sesama salah. Kita diajak untuk menghargai perempuan karena di mata Allah, kita adalah saudara satu sama lain.
Daftar Pustaka:
Leon-Dufour, Xaver. 1190, Ensiklopedia Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius
Seri Dokumen Grejawi No. 70. 2004, Kerja Sama Pria Dan Perempuan Dalam Gereja Dan Dunia, Dari teks Inggis dan Jerman: R.P. Piet Go (Diterj), Jakarta: Departemen Dokumentasi Dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia
Hadiwiyata, A.S, 2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius
Ndio, Frans. 2012 Serambi Sabda. Ende: Nusa Indah