Oleh:
Rudi S Kamri*
Harus diakui terjadinya pandemi Covid-19 telah mengubah pola hidup manusia di bumi. Hadirnya virus corona telah memaksa manusia di planet ini untuk berubah secara drastis kebiasaan hidup sehari-hari. Pandemi Covid-19 juga memaksa manusia membangun persepsi baru dalam berinteraksi dengan manusia lain, termasuk terhadap lingkungan.
Dengan mempertimbangkan bahwa virus corona tidak mungkin dihilangkan secara tuntas dalam waktu yang cukup singkat, maka satu-satunya jalan adalah kita harus berdamai dengan keberadaan virus corona di tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. Menerima dengan ikhlas keberadaan corona dalam kehidupan kita sekaligus tetap menjaga kewaspadaan, memaksa kita harus membangun tata kehidupan normal baru (the new normal life) sekarang dan kurun waktu ke depan.
Apa yang dimaksud dengan ‘kehidupan normal baru’?
Kehidupan normal baru adalah tata laksana dan pola hidup yang diselaraskan dengan ancaman yang berpotensi menyerang kita dan keluarga serta lingkungan kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, sebelum Covid-19 hadir kita jarang menggunakan masker atau sarung tangan saat kita keluar rumah, padahal kita sudah tahu berbagai virus bertebaran di udara di sekeliling kita. Ke depan, selayaknya kita tetap membangun kebiasaan baru dengan tetap disiplin menggunakan masker dan sarung tangan saat kita keluar rumah.
Demikian pula kebiasaan pola hidup sehat seperti berjemur sinar matahari pagi dan berolahraga serta mencuci tangan sesering mungkin. Hal itu harus menjadi pola hidup baru yang harus kita lakukan sehari-hari. Demikian pula dengan interaksi sosial kita dengan orang lain. Pandemi Covid-19 juga secara tidak sengaja telah mengajarkan kepada kita bahwa berinteraksi dengan orang lain untuk keperluan sosial maupun bisnis bisa kita lakukan secara virtual melalui berbagai aplikasi yang ada. Tidak perlu bertatap muka secara langsung. Dan ternyata hasilnya pun bisa optimal.
Tata laksana pola hidup baru yang penuh kewaspadaan secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran kita sehari-hari. Kegiatan ‘rendevouz’ yang tidak terlalu penting, harus mulai kita hindari dan bisa kita ganti dengan cara meeting virtual. Saat ini prasarana dan infrastruktur teknologi juga mendukung kita dalam membangunkan kehidupan sosial baru.
Secara ekonomi dan bisnis, para pelaku usaha dalam berbagai level harus juga menyesuaikan diri. Bisnis dengan cara pesan antar (online) akan menjadi pilihan strategis dalam situasi kehidupan normal baru masyarakat ke depan. Produsen dan pelaku usaha mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan tata laksana kehidupan masyarakat yang baru. Bagi yang kaku dan tidak mau berubah secara alami agak tergerus oleh keadaan.
Secara kenegaraan dan politik tata kehidupan baru dari masyarakat juga membawa banyak perubahan. Kebijakan negara harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan persepsi baru dalam masyarakat. Demikian pula dalam hal politis, sebagai contoh tata kehidupan normal baru akan berdampak masyarakat akan enggan diminta berkerumun dalam skala besar. Hanya elite partai politik yang cerdas yang bisa mengambil keuntungan dari perubahan yang terjadi.
Secara singkat kehidupan normal baru akan membawa banyak perubahan. Tapi merupakan perubahan yang positif. Kemauan dan kemampuan kita dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baru akan menentukan apakah kita bisa ‘survive’ atau tidak dalam menjalani kehidupan kita ke depan. Di sisi lain, apabila masyarakat dunia termasuk Indonesia sukses membangun peradaban baru, alam semesta pun akan merespons dengan lebih kondusif.
Kehidupan normal baru adalah satu-satunya pilihan yang harus kita ambil. Seperti halnya telepon genggam, selain membuang file-file memori kehidupan yang tidak perlu, manusia pun perlu mere-start tata kehidupannya agar bisa berfungsi lebih cepat dan lebih optimal. Kalau tidak, dia akan hidup dengan lemot atau lambat dan ujungnya akan “shut down” dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Welcome to The New Normal Life !!!
Salam SATU Indonesia
12052020
* Pemerhati Sosial Politik