Anick HT Denny JA adalah sosok penuh kontroversi. Dicaci, dirisak, dihujat, adalah makanan kesehariannya.
Sebagai konsultan politik, ia bisa mendukung seseorang yang para titik waktu sebelumnya menjadi sasaran tembak untuk ditundukkannya. Tak ada kawan atau musuh abadi dalam politik; yang ada adalah kepentingan.
Sebagai intelektual-aktivis, terlebih lagi. Proses pengembaraan intelektualnya multidisiplin dan melampaui berbagai concern isu. Pengembaraan itu pun ia jalan dengan santai, namun juga sesekali sangat dedikatif.
Di luar concern politiknya, ia bisa dengan fasih berbicara tentang agama, spiritualitas, dan neurosains. Di lain waktu, ia tiba-tiba memasuki dunia sastra yang bagi sebagian orang adalah wilayah “angker” untuk dimasuki.
Dan bukan Denny JA jika cuma menapak jalan setapaknya saja. Ia adalah orang yang serius ketika hendak menapaki dan meninggalkan jejak di satu area. Ia bahkan meletakkan segenap hatinya di sana.
Ini nampak dalam jejaknya dalam politik, dalam dunia spiritualitas, juga dalam dunia sastra. Ia menggulirkan ide, merumuskan bagaimana ide itu terejawantahkan, menyiapkan kaki-kaki implementasi idenya, dan bahkan menyiapkan segala ubo rampe agar ide itu tak lagi menjadi idenya sendiri, namun diikuti dan memengaruhi banyak orang, sebanyak mungkin orang.
Anda bisa lihat jejaknya ketika ia membuka jalan bagi tradisi baru dalam politik: survei dan pendampingan politik. Anda juga bisa telusuri jejaknya ketika ia menggagas puisi esai sebagai genre baru dalam dunia sastra.
Bisa pula Anda telusuri foot print-nya dalam perdebatan neurosains, spiritualitas, agama, dan tema kebahagiaan.
Ia adalah inisiator, inovator, sekaligus tentu saja memiliki segala prasyarat untuk mewujudkan inovasinya.
Namun bukan itu semua yang hendak saya garisbawahi di pengantar ini.Denny JA adalah penulis handal yang memiliki energi luar biasa untuk menulis. Tiada hari tanpa menulis. Tiada hari tanpa menghasilkan sesuatu yang mempengaruhi orang lain.
Dalam satu tulisannya ia bercerita betapa ia memulai menulis dengan orientasi ekonomis. Sebagai mahasiswa, honor penulisan artikel adalah sesuatu yang amat ditunggu untuk sekadar melanjutkan hidup.
Dan kini ia sampai pada capaian yang melompat ke ujung lain: menulis sebagai derma, berbagi pengetahuan, berbagi inspirasi, berbagi bacaan.
Dan ini adalah era internet for everything. Semua tulisan dan buku Denny JA didesain untuk bisa diakses oleh siapapuun di manapun.
Anda boleh berdebat soal kualitas tulisan Denny JA: kurang sastrawilah. Kurang akademiklah. Kurang diksi yang wahlah. Dan seterusnya.
Bagi saya yang sudah membaca puluhan buku dan ratusan esai Denny JA dengan sangat detail—salah satunya karena saya meringkasnya untuk Anda dalam buku ini—pengembaraan intelektual Denny JA adalah sesuatu yang luar biasa.
Jika Anda percaya bahwa manusia terbaik adalah manusia yang memberi manfaat terbanyak kepada manusia lain, maka tingkat influensi, pengaruh terhadap orang lain, dari tulisan-tulisan Denny JA patut dicatat.
Pilihan bahasa yang ringan, populer, bahasa yang pendek-pendek dan singkat tanpa banyak kembang-kembang, membuat tulisan Denny JA mudah dipamah dan dicerap oleh kalangan yang lebih luas, meski isu yang diangkat adalah isu serius dan meniscayakan kapasitas intelektual tertentu.
Apakah dengan demikian tulisan Denny JA abal-abal? Justru jenis tulisan ala Denny JA berhasil mengemas tema dan kajian akademik menjadi makanan ringan bagi lebih banyak orang, tanpa kehilangan nuansa akademisnya.
Nah, jika Anda bukanlah pembaca buku yang baik, dengan membaca tulisan-tulisan Denny JA, Anda seperti memasuki pintu perpustakaan yang amat luas.
Tulisan Denny JA akan menuntun Anda menemukan informasi-informasi dan data yang hanya mungkin didapat jika Anda adalah periset pada isu tertentu.
Melalui tulisan-tulisannya Denny JA berhasil merangsang pembacanya untuk belajar lebih jauh tentang tema-tema baru yang jarang kita lahap.
Dan jika Anda juga pemalas dalam urusan memilih bacaan, atau bahkan film yang bergizi, banyak esai Denny JA akan membantu Anda mendapatkan insight penting dari bacaan yang serius.
Atau ketika membaca ulasan film yang telah ditulis oleh Denny JA, kita seperti diberi selembar peta instan tentang film-film bagus, sekaligus dicontohkan bagaimana memaknai sisi penting sebuah film, dan bagaimana meletakkan pengetahuan dna wawasan kita ketika menganalisis sebuah film.
Karena itu, membaca buku Denny JA adalah menyantap makanan yang kaya gizi, sedap, dan ringan.
Dan saya bersyukur bisa meringkaskan buku-buku Denny JA ke hadapan Anda. Yang berarti saya turut napak tilas pengembaraan intelektual Denny JA yang sangat kaya.Melalui ringkasan yang terkumpul dalam buku ini, saya hendak mengajak Anda turut serta.
Selamat membaca. []