Menata Kembali Ponpes Bahrul Ulum 100 Tahun ke-3 Lahirkan Mujaddid

  • Whatsapp

Jombang | beritalima.com – Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang, KH. Wafiyul Ahdi, S.H., M.M.Pd.I.. menyampaikan pidatonya didepan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, Ketua Majelis Pengasus Ponpes Bahrul Ulum Dr. KH. M. Hasib Wahab Hasbullah dalam rangka talkshow 200 tahun Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Talkshow dilaksanakan di ruang serba guna, Rabu (15/10/2025) Gus Wafi panggilan akrabnyawngatakan aebagai sakai sejarah mwndapat anugerah perjalanan 200 tahun pondok pesantren. Lanjutnya, Setiap 100 tahun selalu ada orang yang memberikan pembaharuan (mujaddid). 100 tahun pertama Pondok Pesantren Bahrul Ulum, mulai era Mbah Sechah atau Mbah Abdussalam pendiri Pondok Pesantren Bahrul Ulum seorang pasukan Perang Jawa pada pasukan Diponogoro saat Perang Jawa yang kemudian mendirikan Pesantren di Tambak Beras.

Kemudian era generasi kedua Mbah Said dengan Mbah Usman, dan era ketiga Mbah Hasbullah, ini adalah 100 tahun pertama Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Namun Ketika menginjak 100 tahun kedua, muncul sosok mujadid, Mbah Ki Abdul Wahab Hasbullah.

“Dalam sejarah Tambak Beras, beliau mereformasi pendidikan, mereformasi kajian keagaman di Pesantren Tambak Beras, yang dari Bandungan menjadi klasikal dan kurikulumnya tertata,” terang Gus Wafi.

Dalam sejarah masih diterangkan Gus Wafi, Mbah Ki Wahab mendirikan madrasah namanya Mubdilfan tahun 1912. Di era itu, sistem madrasah dianggap tasyabbuh bil penjajah (larangan oleh penjajah).

“Tapi beliau berani mereformasi, melakukan perubahan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum dengan menata kurikulum menjadi berjenjang, berkelas dengan kelas-kelas dan sistem madrasah,” tuturnya.

Lanjutnya, kurikulumnya ditambah menurut sejarah informasi yang digali yaitu ilmu tutur dan ada penulisan huruf gedrik.

Kalau biasanya huruf pego, huruf pegon di Pesantren, tetapi era itu 1912, Mbah Ki Wahab sudah memasukkan materi nulis huruf gedrik (huruf latin).

Kemudian ada ilmu hitung, kemudian ada bahasa Indonesia.

“Media pembelajaran yang dilakukan sudah pakai papan tulis dan kapur, menurut informasi tim sejarah yang menelusuri sejarah itu. Itu mulai sebuah perubahan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum di 100 tahun ke-2,” sambungnya

Sampai akhirnya, Pesantren Bahrul Ulum, ketika yang lain mengalami perpecahan antara pemilihan pasif-defensif dan aktif-progresif. Mbah Ki Wahab dengan kemampuannya membawa madrasah atau sistem pendidikan di Pesantren Bahrul Ulum eksis,

sampai akhirnya hari ini ada 19 lembaga pendidikan.

“Mulai dari Paud sampai Perguruan Tinggi dengan jumlah pesantri yang kurang lebih 14 ribu. Maka kami di Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Uum yang menjadi kanan-kanannya pengasuh untuk memikirkan bagaimana keberlanjutan Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Ini harus berpikir 100 tahun ke-3 mau diapakan Bahrul Ulum. Potongannya kami bukan seorang mujadid,” jelasnya.

Masih dijelaskan Ketua Umum PP Tambakberas, dipanggil untuk bertukar pikiran dan memberikan masukan bagaimana menata kembali Pondok Pesantren Bahrul Ulum di 100 tahun ke-3. Dengan sadar ada konsep sustainability. Lakot ghoro suhatta akalna, wa innana laneru suhatta yakulanna suba’andana.

“Ini adalah konsep sustainability yang harus kami emban. Kami punya tanggung jawab sosial setelah diwarisi sekian besar madrasah yang melahirkan sekian banyak output-outcome. Lulusan Bahrul Ulum yang luar biasa maka menjadi tanggung jawab kami untuk mewariskan Bahrul Uum pada generasi berikutnya,” tegasnya

Sambungnya, acara ini dihadiri guru besar-guru besar alumni Bahrul Ulum untuk duduk bersama, reuni, dan diskusi-diskusi dari tadi pagi sampai selesai zuhur, yang kemudian ramah tamah di dalam kesepuan.

“Bapak Menteri Agama dan para tamu undangan yang saya hormati. Pondok Pesantren Bahul Ulum, kalau hari ini banyak isu tentang pesantren. Kami jawab bahwasanya pesantren Bahrul Ulum paling tidak hari ini hadir 30 guru besar alumninya. Maka sistem pembelajaran di Bahrul Ulum tidak seperti yang dikatakan orang-orang di media sosial. Kita buktikan dengan lulusan lulusan yang memberikan dampak positif di lingkungannya masing-masing,” pungkasnya.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait