Menengok Kisah Sukses Petani Labu Kuning di Banyuwangi

  • Whatsapp

Banyuwangi Beritalima.com –  Tanaman Labu Kuning (Cucubita moschata) atau dikenal dengan nama Waluh (Jawa), kini banyak ditanam oleh petani di Banyuwangi. Tanaman yang termasuk jenis holtikultura tersebut, ditanam disaat musim kemarau dan menjadi jeda diantara musim tanam padi. Seperti halnya petani di Desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi.

“Ini adalah kreativitas petani untuk menyiasati musim kemarau yang tidak memungkinkan untuk menanam padi. Jadi, mereka menanam jenis holtikultura seperti Waluh ini,” terang Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang ikut memanen Labu Kuning di Tegalrejo, Minggu (5/3).

Pengembangan Labu Kuning di Tegalrejo telah dirintis sejak 2011. Dari 2.293 Ha lahan persawahan di Tegalrejo, saat ini 119 Ha-nya ditanami dengan Labu Kuning. Dari lahan tersebut, dapat menghasilkan 10 Ton biji kering Labu Kuning yang akan diekspor ke luar negeri oleh sebuah perusahaan penampung.

“Penghasilannya cukup menjanjikan. Setiap satu kilogram biji Waluh dibeli seharga Rp. 294 ribu,” terang Kepala Desa Tegalrejo Mu’anam.

Untuk bisa menghasilkan Labu Kuning, para petani hanya membutuhkan waktu tanam hingga panen selama 3 bulan. Kemudian, hasil panennya diperam selama 10 sampai 15 hari untuk diambil bijinya. “Saat ini, baru bijinya saja yang bisa dijual ke perusahaan. Buahnya hanya untuk makan ternak,” terang Mu’anam.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengaku sedang mengembangkan pemanfaatan buah dari Labu Kuning tersebut. “Karena yang diambil hanya bijinya, maka buahnya ini perlu dimanfaatkan untuk bisa menghasilkan nilai tambah,” papar Arief.

Selama ini, para petani hanya memanfaatkan buah Labu Kuning tersebut untuk pakan ternak saja. Untuk itu, Arief berencana dengan beberapa dinas terkait untuk mengembangkannya menjadi beberapa produk lainnya.

“Buahnya tersebut juga bisa dibuat kripik, jenang dan beberapa produk olahan lainnya. Tapi, saat ini masih diproduksi dalam skala rumahan. Kedepannya kita akan kembangkan menjadi IKM untuk pengolahannya sehingga bisa memberikan nilai lebih kepada petani,” jelasnya. (*/Abi)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *