(dr. Tara Aseana, Sp.K.J.(K))
Menjaga kesehatan jiwa sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Pandemi Covid-19 selain menyerang fisik namun juga menyerang kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental seseorang bisa dipengaruhi dari pemberitaan tentang Covid-19 yang sangat cepat menyebar namun belum ada obat maupun vaksinnya. Selain itu kesehatan mental seseorang bisa dipengaruhi karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan ia jauh dari keluarga maupun orang sekitarnya dalam waktu yang lama akibat pandemi Covid-19. Situasi jauh dari dukungan sosial yang selama ini diterimanya bisa menjadi salah satu stresor bagi seseorang yang bisa mengakibatkan stres.
Stres merupakan reaksi tubuh untuk menyesuaikan diri baik secara fisik maupun psikis untuk beradaptasi dengan lingkungan. Stres bisa menguntungkan yang disebut eustress atau merugikan yang disebut distress. Eustress berarti stres yang membantu seseorang meningkatkan kinerja kerjanya dan distress membuat kinerja seseorang menjadi menurun. Oleh karena itu stres perlu dikelola supaya tidak menjadi distress yang bisa mempengaruhi kinerja seseorang bahkan bisa mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang. Pengelolaan stres bisa dengan mengelola kognitif, menulis jurnal, mengatur waktu, dan tekhnik relaksasi.
Saat seseorang menerima stresor, otak menerima sinyal tersebut dan melepaskan hormon adrenalin dan noradrenalin. Sinyal tersebut diterima sistem saraf otonom yang mengatur sistem pernafasan, jantung, dan tekanan darah. Hal itulah yang bisa menjelaskan saat seseorang stres, nafasnya akan bertambah cepat, detak jantung meningkat, tekanan darah meningkat, dan otot semakin tegang. Kecuali fisik, stres juga bisa mempengaruhi mental seseorang yang berhubungan dengan hypothalamic-pituaitary-adrenal axis (HPA axis) yang bisa meningkatkan HPA stress hormone sehingga menghasilkan gejala kecemasan dan depresi.
Masa pendemi Covid-19 ini banyak orang yang harus jauh dari keluarga dalam waktu yang lama karena tanggung jawab pekerjaan. Jauh dari keluarga bisa menjadi salah satu stresor bagi seseorang karena adanya perubahan kehidupan yang tiba-tiba muncul sehingga ia mengkuatirkan kondisi keluarga yang ditinggalkan selama masa pandemi Covid-19. Pada saat seseorang berada di situasi jauh dari keluarga, sinyal di otak mengeluarkan hormon adrenalin dan noradrenalin sehingga menghasilkan kecemasan. Oleh karenanya, stres yang dihasilkan harus dikelola untuk mengurangi kecemasan. Mengetahui penyebab stres merupakan hal penting untuk mengatasi stres. Mengelola stres dengan baik bisa dengan relaksasi, menjalankan hobi, atau melakukan kegiatan yang bermanfaat dengan orang terdekat. Dengan melakukan aktivitas tersebut, maka akan menghasilkan dopamine dan endorphin yang bisa meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia sehingga bisa membuat otot semakin relaks, membantu tidur, dan meningkatkan motivasi pada diri.
Peneliti dari University of Michigan melakukan penelitian terhadap 2000 orang dewasa dengan usia 50-80 tahun di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan 55% responden merawat setidaknya satu hewan peliharaan yang sebagian besar adalah anjing, kucing, burung, dan hamster. Hasil penelitian menunjukkan 90% responden merasa dicintai oleh binatang yang mereka rawat, 80% responden mengatakan dengan merawat binatang peliharaan bisa mengurangi stress, 64% responden berpendapat binatang yang dirawat membantu mereka aktif bergerak, dan 69% responden menyatakan merawat binatang membantu mereka mengatasi masalah fisik dan mental.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa merawat binatang dapat mengurangi stres pada seseorang termasuk seseorang yang jauh dari keluarga. Kegiatan yang bisa mengurangi stres bukan hanya merawat binatang melainkan bisa juga dengan merawat tanaman. Seseorang yang memiliki kedekatan dengan keluarga membutuhkan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga serta memiliki kebiasaan mengekspresikan perasaan kasih sayang pada keluarga. Namun pada saat pandemi Covid-19 ia harus jauh dari keluarga, ada kebiasaan yang tidak bisa ia lakukan bersama keluarga sehingga ia bisa merasa sendiri karena tidak ada yang membutuhkan dirinya. Melalui binatang atau tanaman, seseorang bisa menyalurkan kasih sayang dengan cara merawat binatang atau tanaman tersebut. Ia dibutuhkan oleh binatang atau tanaman yang dirawatnya sehingga ia bermanfaat untuk makhluk lain. Binatang atau tanaman yang dirawatpun akan merasakan kasih sayang yang diberikan, sehingga ia akan membalas kasih sayang yang diberikan kepadanya, misal pada tanaman selalu terlihat segar dan pada binatang bisa diajak bermain. Terjadi interaksi antara seseorang dengan binatang atau tanaman yang dirawatnya sebagai pengganti interaksi sosial yang saat ini dibatasi pada diri seseorang akibat pandemi Covid-19.
Interaksi seseorang dengan binatang atau tanaman bisa juga dijelaskan melalui teori kebutuhan manusia menurut Maslow. Maslow mengatakan adanya hirarki kebutuhan manusia. Kebutuhan di tingkat bawah harus terpenuhi sebelum seseorang memenuhi kebutuhan diatasnya, sehingga memunculkan motivasi pada seseorang untuk mendapatkan kebutuhan diatasnya. Adapun tingkatan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Teori kebutuhan manusia menurut Maslow tersebut dapat menjelaskan mengapa merawat binatang atau tanaman menjadi salah satu kegiatan yang dapat melepaskan stres pada orang yang harus jauh dari keluarga di masa pandemi Covid-19 yaitu kebutuhan manusia akan rasa memiliki dan kasih sayang sebelum ia melangkah menuju kebutuhan diatasnya yaitu kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Jadi, merawat binatang atau tanaman bisa menjadi salah satu alternatif untuk meredakan stres terutama bagi seseorang yang harus jauh keluarga atau hidup sendiri karena terkena dampak pandemi Covid-19. Namun demikian, kita harus bijak dalam memilih dan merawat binatang yang akan kita pelihara sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Mau mencoba? *****