Oleh :
DR.dr, Robert Arjuna FEAS*
Beberapa bulan yang lalu,kita dihebohkan bakteri pemakan daging di Jepang yang mematikan hampir 1000 nyawa yang tak berdosa,Penyakit bakteri pemakan daging di Jepang juga disebut dengan sindrom syok toksik streptokokus atau Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS).
Penyakit nyerang lebih dari 1.000 orang pada enam bulan pertama 2024 dan kini mewabah.
Bakteri ini dijuluki “pemakan daging” karena dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Penularan STSS terjadi melalui pernapasan dan droplet (percikan ludah atau lendir) dari penderita.
Dengan kata lain Jepang sedang dilanda infeksi sindrom syok toksik streptokokus (STSS), yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes kelompok A. Kasus STSS di Jepang telah melampaui 1.000 dan menjadi perhatian global.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, STSS atau bakteri pemakan daging yang dilaporkan di Jepang adalah sindrom yang dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Oleh karenanya disebut sebagai pemakan daging. Bakteri yang dimaksud adalah Streptococcus pyogenes kelompok A yang biasanya muncul dengan gejala faringitis atau peradangan pada tenggorokan
SEJARAH PERKEMBANGAN
Jepang telah melaporkan kasus infeksi streptokokus dalam sistem notifikasi surveilans sejak 1999. Pada 2023, terdapat 941 kasus, dan angka ini meningkat menjadi 977 kasus pada Juni 2024.Meskipun mengkhawatirkan, tingkat penyebaran STSS jauh lebih rendah dibandingkan dengan COVID-19. Masyarakat diimbau untuk tetap menerapkan perilaku hidup sehat, menggunakan masker saat sakit, dan membiasakan mencuci tangan secara rutin.Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait peningkatan kasus iGAS atau invasive Group A Streptococcal disease, termasuk STSS, di Eropa pada Desember 2022, tidak ada rekomendasi pembatasan perjalanan ke negara-negara yang terdampak. Pengobatan STSS dilakukan dengan pemberian antibiotik. Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri “pemakan daging” ini.
Prof dr Amin Soebandrio PhD SpMK Guru Besar Departemen Mikrobiologi FakultasKedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berkata bahwa ” Bakteri Strep A bukanlah bakteri yang baru ditemukan. Bakteri ini bisa ditemukan di tubuh,kulit dan dalam saluran pernapasann dan dapat dicegah jika infeksi fase awal bisa langsung ditangani dengan cepat.”
Berdasarkan data RSUD Meuraxa Banda Aceh, penyebab bakteri pemakan daging di Jepang adalah infeksi bakteri Streptococcus A. Infeksi STSS ini dapat berakibat fatal karena pasien dapat mengalami sepsis dan gagal multiorgan.Penularan bakteri ini sering terjadi antar manusia secara langsung, baik melalui droplet atau percikan air liur saat batuk dan bersin, maupun melalui kontak dengan sekret selain air liur, seperti cairan dari luka yang terbuka dan sekret hidung penyebaran bakteri Streptococcus A juga bisa terjadi lewat makanan, meskipun hal ini jarang terjadi.
Dr. Siti Nadia Tarmizi (Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik) berkata :“kalau sampai saat ini di Indonesia belum ada laporan ya untuk kasus bakteri “pemakan daging”,” ungkap pihaknya terus memantau situasi melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dan pemeriksaan genomik.
Kasus STSS yang dilaporkan di Jepang, umumnya kasus di rumah sakit yang disebabkan bakteri streptokokus yang biasanya muncul dengan gejala faringitis /peradangan pada tenggorokan Infeksi STSS bisa berakibat fatal karena pasien dapat mengalami sepsis dan gagal multiorgan. Penyebabnya secara pasti masih belum diketahui karena gejala STSS biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu singkat
GEJALA BAKTERI PEMAKAN DAGING
Menurut Channel News Asia, gejala awal dari infeksi bakteri pemakan daging ini bisa tumpang tindih dengan penyakit virus pada umumnya, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini menyebabkan STSS sulit untuk didiagnosis.Gejalanya;
1. Munculnya nanah
2. Kemerahan
3. Demam dan badan menggigil
4. Kulit terasa panas jika disentuh
5. Nyeri parah dan bengkak di area yang terKulitinfeksi
6. Area yang terinfeksi terasa sakit atau mati rasa
PATOGENESIS
Kemenkes RI mengungkapkan bahwa penularan STSS dapat terjadi melalui pernapasan dan droplet alias percikan air ludah atau lendir dari penderita ke orang lain. CDC mengatakan, orang lanjut usia dengan luka terbuka lebih berisiko tinggi tertular STSS, termasuk pasien yang baru saja menjalani operasi.
STSS adalah jenis infeksi bakteri langka yang serius dan dapat berkembang ketika bakteri menyebar ke jaringan dalam dan aliran darah. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), STSS dapat mematikan dengan tiga dari 10 pengidap meninggal dunia. Sebagian besar kasus STSS disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A (GAS) menyebabkan demam dan infeksi tenggorokan pada anak-anak. Dalam beberapa kasus, strep A dapat menjadi invasif ketika bakteri menghasilkan racun yang memungkinkan masuk ke aliran darah sehingga menyebabkan penyakit serius, seperti syok toksik.
Menurut CDC, strep A juga dapat menyebabkan fasciitis nekrotikans “pemakan daging” yang dapat menyebabkan hilangnya anggota tubuh. Namun, sebagian besar pasien yang tertular penyakit tersebut memiliki faktor kesehatan lain yang dapat menurunkan kemampuan tubuh mereka untuk melawan infeksi, seperti kanker atau diabetes. “Bahkan dengan pengobatan pun STSS bisa mematikan. Dari 10 orang yang mengidap STSS, sebanyak tiga di antaranya akan meninggal akibat infeksi tersebut,” jelas CDC.
Para ahli tidak mengetahui bagaimana bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh hampir separuh orang yang menderita STSS,Sebagian besar pasien STSS dilaporkan mengalami gejala awal demam, nyeri otot, dan muntah-muntah. Namun, gejalanya dapat dengan cepat mengancam nyawa dengan nyeri dan bengkak anggota tubuh, tekanan darah rendah, masalah penapasan, dan kegagalan banyak organ saat tubuh mengalami syok.
Menurut data Institut Nasional Penyakit Menular Jepang (NIID), kasus yang tercatat terus bertambah dengan jumlah pasien terjangkit sindrom dari bakteri tersebut atau streptococcol toxic-shock syndrome (STSS) nyaris 1.000 kasus atau persisnya 977 kasus dalam kurun waktu enam bulan sejak Januari 2024 Bakteri pemakan daging sebab mampu merusak kulit, lemak dan jaringan yang menutupi otot dalam waktu singkat.
Gejala awal yang ditimbulkan dari terserang infeksi bakteri yang masuk ke dalam Grup A Streptococcus (GAS), di antaranya demam, nyeri dan radang tenggorokan, tetapi dapat berkembang dengan cepat dan mengancam nyawa penderita karena berujung kegagalan organ hanya dalam hitungan hari.Bakteri dapat menimbulkan kondisi yang serius jika menembus hingga aliran darah dan jaringan dalam. Dari situlah, bakteri menyebar dan mulai memproduksi eksotoksin yang merusak sel serta jaringan tubuh. Kelompok paruh baya dan lansia di atas 50 tahun cenderung lebih rentan terhadap sindrom tersebut. Setelah timbul gejala awal, seperti demam, nyeri dan mulai, tekanan darah menjadi rendah dan kondisi kian memburuk hanya dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Pakar penyakit menular Tokyo Women’s Medical University Ken kikuchi.berkata ;“Sebagian besar kematian terjadi dalam 48 jam. Saat pasien merasakan kaki mereka bengkak di pagi hari, itu dapat menyebar ke lutut di siang hari dan dapat mengancam nyawa mereka dalam 48 jam,” Kementerian Kesehatan Jepang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus STSS.Wabah infeksi itu juga berbarengan dengan ancaman penyakit di musim panas. Terkait hal itu, Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mengimbau seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Jepang untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan menjaga asupan makanan yang baik, bersih, sehat dan bergizi. Menghimbau WNI juga diminta untuk meminum banyak air putih, menggunakan topi atau payung, mengenakan pakaian ringan dan longgar, menggunakan tabir surya guna menghindari terkena sengatan panas (heat stroke).
FAKTOR RESIKO TERJADI BAKTERI PEMAKAN DAGING
1. Pecandu alkohol
2. Penderita Diabetes
3. Penderita ginjal atau hati
4. memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
5. Orang yang mengkonsumsi obat steroid atau obat imunosupresif
PENCEGAHAN :
1. Menjaga kebersihan luka
2. Segera mencari bantuan medis
3. Berolahraga secara teratur
4. Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun
5. Menutup luka menggunakan perban steril dan kering
6. jika mengalami luka atau gigitan hewan, segera periksakan ke dokter
7. Makan makanan yang bergizi untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
Demikian sekilas ulasan info tentang Bahaya bakteri pemakan daging ini, dan pada dasarnya
Kesehatan pribadi dan lingkungan perlu diperhatikan, bila ketemu gejala diatas segera lapor ke dokter anda. Terimakasih.
RobertoNews 1815 《20.7.24(13.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan