SURABAYA, Beritalima.com|
Akhir-akhir ini istilah big data semakin sering diperbincangkan melalui media sosial. Namun, masih banyak masyarakat awam yang tidak memahami apa itu big data.
Ratih Ardiati Ningrum, M.S., M.Stat., salah satu dosen Program Studi Teknologi Sains Data, Fakultas Teknlogi Maju dan Multidisiplin (FTMM), Universitas Airlangga (UNAIR) mengungkapkan bahwa suatu data dapat dikategorikan sebagai big data berdasarkan lima hal. Pertama, ucap Ratih, yakni berdasarkan volume (ukuran). Dia menjelaskan apabila terdapat data dengan ukuran yang besar maka data tersebut termasuk sebagai big data.
Kedua, tambah Ratih, yakni berdasarkan velocity (kecepatan). Jika suatu data memiliki arus atau pergerakan yang cepat maka data tersebut juga termasuk ke dalam big data.
Lebih lanjut, kategori ketiga berdasarkan pada variety (jenis) yang beraneka ragam dimana sebenarnya suatu data tidak hanya terdiri dari data terstruktur tetapi juga data semi terstruktur dan data unstructured.
“Adapun data terstruktur adalah data yang telah tersusun rapi, sedangkan data unstructured merupakan data-data yang berupa gambar atau suara seperti data mengenai gambar X-Ray dan lain-lain,” ucapnya pada Kamis (18/03/21)
Kemudian, sambung Ratih, kategori keempat adalah berdasarkan veracity (akurasi atau konsistensi). Dia menjelaskan kategori veracity menekankan apakah data yang dimiliki merupakan data yang valid atau tidak. Terakhir, suatu data dapat dikategorikan sebagai big data berdasarkan value (nilai).
“Value itu berkaitan dengan nilai data, artinya data tersebut dapat memberikan insight, knowledge maupun informasi,” jelas Ratih.
Big data, ucap Ratih, dapat dimanfaatkan pada berbagai sektor kehidupan manusia setelah melalui proses mining data atau pengolahan. Beberapa contoh pemanfaatan big data diantaranya pada bidang pertanian, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
“Jika kita bisa mengolah data, misalnya mengenai review produk disebuah e-commerce maka data tersebut bisa jadi informasi bagi penjual karena dari data review produk saja kita dapat memodelkan apakah produk dapat diterima masyarakat, apa kekurangan produk, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Ratih mengatakan istilah big data telah ada sejak zaman dahulu. Namun, menurutnya, istilah tersebut mulai menjadi perbincangan karena dilatarbelakangi oleh kondisi saat ini dimana manusia hidup dalam era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang serba digital.
“Saat ini teknologi sudah semakin maju, paling tidak setiap orang telah memiliki satu smartphone dan bisa dibayangkan seberapa besar data yang dihasilkan dari masing-masing orang tersebut,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Ratih menegaskan bahwa data memiliki banyak manfaat dan melalui sebuah data tersebut akan ada banyak informasi yang bisa didapatkan jika pengolahannya dilakukan dengan tepat. (yul)