Oleh
DR dr. Robert Arjuna FEAS*
Di era Pand3mi ini banyak orang mengenal infeksi virus yang mengganas kemana mana tapi penyakit Jepenese Ence
phalitis juga sejenis infeksi virus yang patut diketahui keberadaan.mari kita bahas.
Di Medio Maret 2017 lalu, Bali sempat dihebohkan Penyakit Meningitis Babi, Dewasa ini masyarakat lagi resah tentang Penyakit Japanese Encephalitis yang konon kedengaran merenggut beberapa nyawa dalam masyarakat kita.
Kasus pertama Japanese Encephalitis didokumentasikan pada tahun 1871 di Jepang maka dinamakan Japanese Encephalitis adalah virus yang bukan hanya menyerang di kawasan Jepang saja. Virus berbahaya ini dapat ditularkan dari gigitan nyamuk. telah menyebabkan sejumlah kematian di beberapa negara. penyakit dengan virus yang mempengaruhi membran di sekitar otak dan ditandai oleh gejala sakit kepala ringan dan demam.
Dengqn perkataan lain bahwa Japanese Encephalitis merupakan penyakit zoonosa yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan manusia. Penyakit ini bersifat arbovirus karena ditularkan melalui hewan kepada manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini telah menyebar luas di Asia bagian Timur seperti Jepang, Korea, dan juga negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia.
Di Indonesia, kasus penyakit ini pertama kali terkuak secara umum pada tahun 1960. Japanese Encephalitis banyak dilaporkan terjadi di daerah Bali. Berdasarkan penelitian yang dilakukan disebutkan bahwa bahwa identifikasi kasus encephalitis dirumah sakit di Bali antara tahun 2001-2004 menemukan 163 kasus encephalitis dan 94 diantranya mengarah pada kasus Japanese Encephalitis. kasus JE pada manusia juga dilaporkan di beberapa daerah yaitu di Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggra Timur dan Papua.
Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut :
Data Obyektif :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Apa itu Japanese Encephalitis!
Japanese Encephalitis (JE) adalah infeksi otak yang disebabkan flavivirus yang berhubungan dengan demam berdarah, demam kuning dan virus West Nile. Virus ini menyebar pada manusia melalui gigitan nyamuk. Japanese Encephalitis adalah penyebab utama virus ensefalitis virus di negara-negara Asia.Penyakit ini datang dari gigitan nyamuk jenis Culex tritaeniorhynchus dan Culex vishnui. Nyamuk ini berkembang biak di sawah yang terjadi banjir. Selain itu peternakan babi juga dapat memperkuat virus ini tumbuh subur.
WHO melaporkan Japanese Encephalitis mencapai sekitar 68.000 kasus klinis setiap tahun. Sekitar 24 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki risiko tinggi Japanese Encephalitis.Hingga saat ini belum ada obat yang ditemukan untuk menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang dilakukan masih difokuskan pada penganan infeksi dan gejala klinis yang parah. Untungnya, masih ada vaksin yang aman dan efektif yang tersedia untuk mencegah Japanese Encephalitis.
Perjalanan Penyakit :
Penyakit ini dapat mengenai segala usia tetapi umumnya lebih sering menyerang anak-anak. Tidak semua manusia yang digigit nyamuk culex berkembang menjadi encephalitis. Masa tunas (inkubasi) penyakit JE rata-rata 4 – 14 hari. Gejala kliniknya bisa bervariasi tergantung dari berat ringannya kelainan susunan saraf pusat, umur penderita dan lain-lain.
Berdasarkan kriteria WHO (1979) Gejala Japanese Encephalitis meliputi
– Demam lebih dari 38°C
– Gejala rangsang korteks
– Gejala kesadaran
– Gangguan saraf otak
– Gejala piramidal dan ekstra piramidal
– Cairan otak jernih, protein positif, glukosa < 100 mg/dl
Japanese Encephalitis tdd 3 tahapan :
1.Stadium Awal yang berlangsung 2 – 4 hari;.panas yang mendadak, sakit kepala berat yang terkadang disertai keluhan mual dan muntah.
1.Demam tinggi
2. Sakit kepala berkepanjangan
3. Leher kaku
4. Disorientasi
5. Koma
6. Kelumpuhan sementara
2.Stadium Akut selama 4 – 7 hari: panas tetap tinggi dan tidak mudah diturunkan dengan obat penurun panas. kekakuan otot leher. Pada kasus yang lebih kronis ,gangguan keseimbangan, kejang-kejang serta penurunan kesadaran mulai dari gelisah-mengantuk sampai koma (tidak sadar).
3. Stadium konvalesen atau tahap akhir. Stadium ini dimulai pada saat suhu tubuh kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa menetap atau cenderung membaik.
Bila penyakit berat dan berlangsung lama dapat terjadi gejala sisa seperti gangguan mental berupa emosi tidak stabil, lambat berbicara, perubahan kepribadian dan lumpuh pada beberapa bagian tubuh.
PENCEGAHAN;
Penggunaan Kelambu waktu tudur : Pada manusia dapat dilakukan dengan menghindarkan diri dari gigitan nyamuk culex Nyamuk ini menggigit manusia menjelang malam hari pada malam hari hingga keesokan harinya, sehingga disarankan untuk mempertimbangkan penggunaan kelambu bila tidur. Dapat juga mempergunakan repellen dalam bentuk cairan/krim atau memakai obat pembasmi nyamuk dalam bentuk gulungan yang menghasilkan asap.
Vaksin Japanese Encephalitis yang sudah dipatenkan telah tersedia untuk melindungi manusia dari Japanese Encephalitis. IXIARO telah disetujui pada Maret 2009 untuk digunakan pada orang dewasa, mereka yang berusia 17 tahun ke atas kini mendapatkan proteksi dari IXIARO .Sejak Mei 2013 dapat digunakan pada anak-anak berusia 2 bulan -16 tahun. IXIARO diberikan sebagai rangkaian dua dosis , dengan dosis yamg berjarak 28 hari . Untuk mereka yang berusia 17 tahun keatas , dosis penguat dapat diberikan jika seseorang telah menerima melakukan vaksinasi kedua dosis setahun sebelumnya. Hingga saat ini studi sedang dilakukan untuk dosis penguat untuk anak-anak.
Demikian sekilas info, semoga bermanfaat.
RobertoNews 1387《 6.4,22(07.00)》
*Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan