KUPANG, beritalima.com – Wartawan senior dan tokoh pers, Peter Apollonius Rohi, meninggal dunia pada Rabu (10/6/2020), di Rumah Sakit Saint A. Paulo RKZ, Jalan Diponegoro, Surabaya.
Mengenang perjuangan Peter A. Rohi, sebagai jurnalis senior, baik lingkungan maupun masalah kemanusiaan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar doa bersama, pada Rabu (13/6/2020) malam.
Doa bersama yang dilaksanakan di Kantor WALHI NTT tersebut, hadir cucu dari kaka kandung Peter A. Rohi, Fransisco Yacob, Rudi Rohi, dari Forum Academia NTT (FAN), jurnalis dan beberapa undangan lainnya.
Sebelum membacakan surat Peter A. Rohi pada sahabatnya Paul Saba tahun 1979, Ketua WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu, membeberkan alasan utama digelarnya doa bersama untuk Peter Rohi, yakni jasanya terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang sangat besar.
“Doa bersama yang dilaksanakan malam ini, sebenarnya tidak ada urusan dengan bahwa beliau punya nama besar yang luar biasa di tingkat nasional, dan tidak ada urusan karena beliau putra NTT. Tapi urusanya bahwa beliau adalah pejuang kemanusiaan, beliau juga adalah salah seoarang yang pernah berupaya untuk selalu mengingatkan kepada negara bagaimana seharusnya bernegara,” ungkap Umbu Wulang.
“Selain itu, salah satu alasan utama digelar doa bersama malam ini, saya teringat kepada surat beliau pada sahabatnya Paul Saba di tahun 1979. Jika dia membuat berita di tahun 1979, untuk mengingatkan Pemerintah Provinsi saat itu dibawa Ben Mboi, untuk mengatakan tolong saudara ungsikan masyarakat Waiteba dari Lembata karena gunung akan segera meletus,” kata Umbu Wulang menambahkan.
Atas karya dan perjuangan kemanusiaan Peter Rohi, telah memutuskan agar salah satu ruang di Kantor WALHI NTT dijadikan perpustakaan PAR, singkatan dari Peter Apollonius Rohi.
Rudi Rohi, mewakili Forum Academi NTT (FAN) dalam kesannya mengisahkan, selama beberapa kali bertemu dengan opa Peter Rohi, menceritakan banyak hal. “Salah satu yang paling terkesan itu ketika bertemu opa Peter pada tahun 2017, kita pergi ke tugu HAM Kupang dan merayakan hari HAM. Kemudian opa Peter menceritakan betapa kita di NTT ini sudah punya tugu HAM, sudah punya pemikiran – pemikiran tentang hak asasi jauh hari sebelum dikenal di seluruh dunia,” ungkap Rudi.
Dikatakan Rudi, setelah berdiskusi dengan beberapa rekan Forum Academia NTT (FAN) kan melanjutkan perjuangan opa Peter A. Rohi, dengan cara membuat Peter A. Rohi Award. (L. Ng. Mbuhang)