Jakarta, beritalima.com| – Mengenang kunjungan Paus Fransiskus (September 2024) ke Indonesia yang membawa sejumlah pesan perdamaian dunia, PRAKSIS (Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus) gelar seminar bertajuk “Sebuah Mosaik Indah: Indonesia di Mata Paus Fransiskus” di Aula Gedung KWI, Jakarta (10/5).
Menariknya, para pembicara dalam seminar ini adalah dari berbagai kalangan, menjadi ruang perjumpaan lintas-iman dan lintas-sektor untuk merenungkan kontribusi Indonesia dalam visi Gereja universal yang inklusif, damai, dan berbela rasa.
“Indonesia adalah sebuah mosaik indah—tempat di mana pesan kasih, dialog, dan persaudaraan menemukan bentuk nyata,” ujar Romo Benedictus Hari Juliawan, SJ, saat membuka seminar yang menekankan tentang pesan jembatan spiritual dan sosial yang dibangun Paus Fransiskus serta menyambut kepemimpinan Paus Leo XVI sebagai penerusnya.
Beberapa pembicara dalam seminar adalah, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC (Ketua Presidium KWI dan Uskup Bandung), Ignatius Jonan (Ketua Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dan mantan Menteri Perhubungan), Prof. Dr. Siti Musdah Mulia (Cendekiawan Muslim), Pdt. Jacklevyn F. Manuputty (Ketua Umum PGI) dan dipandu Francisia Saveria Sika Ery Seda, Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia.
Antonius Bunjamin menyampaikan, Paus Fransiskus adalah pemimpin yang menyerukan perubahan dari ketidakpedulian global menjadi solidaritas global. Ia juga melihat Paus Leo XIV sebagai penerus visi sosial Fransiskus, dengan nama yang mengingatkan dunia pada semangat Rerum Novarum dari Paus Leo XIII.
Siti Musdah Mulia mengingatkan, warisan Paus Fransiskus adalah ajakan damai lintas agama. “Agama harus menjadi kekuatan yang mengangkat spiritualitas dan kemanusiaan,” terangrnya. Baginya, mengenang Paus Fransiskus berarti menghidupkan kembali semangat dialog dan perdamaian di tengah dunia yang mudah terpecah. Ini dilakukan dengan menghormati kehidupan dan hak asasi manusia, serta membangun dialog.
Sedangkan Jacklevyn F. Manuputty menyebut Paus Fransiskus sebagai “Bapa Gembala Kemanusiaan” yang menghadirkan nilai-nilai profetik dalam realitas konkret. Ia menilai Paus Fransiskus sebagai tokoh spiritual yang mewakili keberpihakan pada dunia yang rentan.
Sementara Ignatius Jonan mengajak peserta untuk menyadari penyelenggaraan ilahi dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dan juga dalam konklaf yang memilih Paus Leo XIV. Menurut beliau, Paus Leo XIV bisa jadi dihadirkan oleh Yang Ilahi sebagai ajakan bagi seluruh Gereja untuk bertransformasi. Indonesia sudah ketiga kali dikunjungi Paus, yakni pada 1970,1989 dan 2024.
Jurnalis: Abri/Rendy







