Laporan : Drs.H.Suherman Amin
Perjalanan mengasyikkan dengan jalan berliku dan berlekok di kawasan sepanjang jalan Bireuen – Takengon namun setibanya kita di kilometer 46 memasuki wilayah Bener Meriah setelah Cot Panglima kilometer 28 kawasan Juli Bireuen tampak segar dan menyenangkan.
Betapa tidak ! setelah dalam perjalanan menikmati panorama yang indah dan mempesona beristirahat di lokasi wisata Cot Panglima Bireuen lalu berjalan kembali ke lokasi wisata alam yang masih perawan tanpa dipoles namun tidak menghilangkan keasrian yang mempesona dan menarik yakni Panorama Tempat Pemandian yang patut kita nikmati.
Perjalanan wartawan harian Andalas H.Suherman Amin beserta Noval Ghazali, Iskandar dan rombongan lainnya menuju Takengon Aceh Tengah dari Bireuen menikmati alam bersama wisatawan lokal di Cot Panglima, Mini Quluis, Wieh Pesam hingga Danau Laut Tawar depan hotel Renggali Takengon Aceh Tengah.
Pengamatan sekaligus melakukan peliputan tempat rekreasi di kawasan Bener Meriah dan Takengon mulai dari Mini Qulus hingga ke Wieh Pesam dan Danau Laut Tawar Takengon memamg mengasyikkan dan mempesona walaupun tempat wisata itu masih belum dijamah dan dipermak oleh Pemerintah Daerah dalam artian masih sangat alami dan perawan.
Bila kita dari Bireuen menuju Takengon setibanya di kilometer antara pertengahan Takengon tibalah kita Mini Qulus. Mini qulus merupakan tempat rekreasi yang diolah oleh tokoh seni Guru Budiman pemilik Hotel Purnama Bireuen di masa beliau masih hidup.
Olahan panataan yang ditata memang begitu indah apalagi di dukung penaroma alam yang mempesona, dan hal itu tampak dari sisa-sisa penataan yang sekarang sudah nyaris kurang terurus.
Perlu digarisbawahi walaupun tidak terurus,tempat pemandian berbatuan di pinggiran kafe yang sudah lusuh masih sangat indah pemandangan dan pemandian dibebatuan yang mengasyikkan siapa saja yang mandi belum terpupus kenikmatan si penikmat bahkan lebih nikmat dari alam wisata Krueng Simpo kecamatan Juli Bireuen di kilometer 27 – 28 juga jalan Bireuen – Takengon.
Suatu hal yang memang sangat perlu perhatian pemerintah daerah baik Pemkab Bireuen, Bener Meriah dan Takengon Aceh Tengah untuk menata lokasi wisata itu sebab lokasi wisata itu sangat ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah di Aceh seperti Lhokseumawe, Sigli, Bireuen, Bener Meriah dan masyarakat di sekitaran lokasi wisata untuk menikmati alam dengan acuan menghilangkan stresnya selama dalam pekerjaan seminggu di samping menikmati panaroma alam bersama keluarga.
Selain itu Pemandian Wieh Pesam ( Air hangat ) di Simpang Balek menurut Basri dan Azhar warga setempat, di samping kesegaran dan kebugaran seusai mandi di air hangat dan panas itu bisa juga menyembuhkan penyakit kudisan dan gatal-gatal.
Menurut Azhar, air panas yang mrupakan air belerang yang bersumber dari gunung merapi bercampur belerang dan sangat manjur untuk obat bagi sipenderita kudisan dan gatal-gatal sehingga warga dari berbagai daerah setiap minggu banyak yang mandi.
Hasil amatan andalas di dalam lokasi pemandian memang masih sangat menyedihkan pasalnya, lingkungan dan lokasi pemandian sepertinya tidak terurus dan agak jorok padahal setiap pengunjung dikuitp bayaran masuk Rp 3.000/orang.
Disepanjang trotoar pemandian tampaknya sudah berlumut bahkan di dekat toilet sampah berserakan dan tidak dibersihkan, begitu juga di tempat pemandian wanita, jalan masuknya ditumbuhi rerumputan yang kadangkala sebagaian orang tidak berani masuk karena takut ada berbagai binatang-binatang berbisa.
“ Saya heran kenapa uang masuk dikutip, lokasinya tidak terurus dan kotor sehingga malas dan menakutkan bila mau masuk ke lokasi pemandian, “ Ungkap Asmah dan Emi yang bermaksud mandi ke lokasi itu Minggu kemarin.
Nah bila anda yang suka atau ingin menikmati berbagai tempat wisata di Bener Meriah dan Aceh Tengah serta ingin bertualang ke sana setelah puas menikmati dan berpetualang di lokasi Wieh Peusam ( Pemandian Air Panas ) Simpang Balek bisa juga menikmati sanyapan makan dengan ikan depik di Danau Laut Tawar serta belajar menagkapnya secara tradisionil dengan bantuan warga di lokasi itu.
Selain itu di Takengon Aceh Tengah yakni anten Terong, Loyang Koro ( gua kerbau) tidak jauh dari lokaasi Danau Laut Tawar yakni daerah Toweran dan di sana kita akan mengetahui misteri-misteri yang tersimpan melalui petugas jaga di samping indahnya panorama dan mengetahui tentang sejarah Putri Pukes ( Putro Hijau ) dan asal usul terjadinya ikan depik yang kata orang “Tempoe Doeloe “ berasal dari lemparan beras Putri Hijau yang kesal terhadap dirinya dan ibu kandungnya.
Di Danau Laut Tawar Takengon selain airnya tawar juga ada cerita menarik dan berbau mistikpun bermunculan walaupun tidak tertulis akan tetapi cerita dari mulut ke mulut seperti kisah terjadinya ikan depik.
Ikan Depik salah satu jenis ikan langka yang bentuknya persis seperti ikan teri yang memang hanya ada di Danau Laut Tawar . Depik yang bermusim diikala musim penghujan dan dingin ( penghujan ) seperti sekarang ini ikan itu banyak dan menurut cerita ikan depik bisa sebagai penyembuh penyakit flu yang sudah kronis sekalipun, apalagi flu atau pilek biasa bisa segera sembuh setelah memakan ikan depik itu.
Menurut Azhar banyak sekali penderita flu setelah makan ikan depik air tawar sembuh total. Menurut Azhar hal itu memang mampu dibuktikan sebab seluruh penderita flu beberapa kali makan ikan depik yang tidak dibuang pahit dari kepala ikan semuanya sembuh penyakitnya.
Konon ceritanya adanya ikan depik di danau laut tawar berasal dari beras yang dilemparkan seorang gadis miskin yang bertanak nasi di pinggiran laut kecewa akibat tidak ada ikan lalu melemparkan sebagaian berasnya ke laut lalu tidak sampaim setengah jam kemudian beras lemparan gadis tersebut bermunculan menjadi ikan. ( ***** )