MOJOKERTO, beritalima.com – Gunung Penanggungan kini menjadi salah satu destinasi wisata cukup menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Kawasan ini menawarkan pesona alam yang indah dan menakjubkan. Pandangan mata akan terasa betah dan nyaman saat menatap gunung ini. Pemandangan malam hari pun tak kalah mempesonanya.
Keindahannya yang mempesona menjadikan kawasan ini sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan, apalagi saat liburan panjang. Bahkan, gunung ini dapat menjadi area yang menarik bagi para petualang yang hobi mendaki gunung. Rasa lelah akan terobati oleh pemandangannya yang cukup indah. Sensasi lainnya adalah wisatawan bisa singgah ke berbagai candi peninggalan kerajaan
Gunung Penanggungan dinamakan sebagai gunung api yang sedang tidur. Memiliki ketinggian 1653 mdpl dengan lingkup dataran yang lumayan terjal bagi gunung yang terbilang rendah ini.
Nama lain dari Gunung Penanggungan adalah terkenal dengan sebutan Puncak Pawitra. Sebutan dari Pawitra sendiri mempunyai arti yang sangat bernilai sejarah sekali bagi Gunung Penanggungan. Karena dilereng dan daerah yang mendekati puncak khususnya wilayah jalur Jolotundo, pernah ditemukan kurang lebih 116 situs zaman purbakala, baik itu berupa candi, prasasti, patung, dan barang-barang sejarah yang lainnya yang bercorak agama terdahulu yakni agama Hindu Budha.
Gunung Penanggungan berada di kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Selain memiliki banyak nilai historis nusantara, diantarnya adalah ragam nusantara mengenai Hindu-Budha pada masa lalu dengan bukti adanya banyak penemuan situs purbakala . Gunung Penanggungan juga terkenal dengan sebutan anak Gunung Semeru.
Jalur pendakian untuk mencapai puncak Pawitra ini adalah memiliki diantaranya 3 jalur pendakian. Yaitu lewat jalur Tretes/Tamiajeng (Kampus UBAYA), jalur Jolotundo, dan jalur Ngoro. Tiap jalur menawarkan keindahan masing-masing dan medan unik lain tentunya.
Jalur umum yang biasa dilewati oleh para pendaki adalah jalur Tretes. Jalur yang terbilang lumayan mudah, karena jalurnya tidak membingungkan. Dan jalur ini merupakan jalur yang biasa digunakan untuk kegiatan LDKS, pramuka, dan kegiatan outdoor lainnya. Karena ditempat ini terdapat sebuah kampus ternama UBAYA, yang mana menyediakan fasilitas kegiatan outdooe disekitar Lereng Penanggungan.
Untuk mencapai jalur ini langsung masuk ke arah Tretes Mojokerto, jika menggunakan roda dua, langsung bisa menuju ke arah Tretes, atau Dlundung camping ground lanjut ke Kampus UBAYA Penanggungan. Sesampainya disini langsung mengadakan proses administrasi. Jika naiknya pagi-pagi buta, atau malam hari weekdays, bisa tanpa retribusi alias gratis, namun segala ketentuan dan resiko tentunya ditanggung penumpang.
Jalur ini lebih mudah untuk diakses, terlebih jalurnya juga tidak susah untuk mencapai ke Puncaknya walaupun awam. Tinggal mengikuti jalur setapaknya saja, pasti sampai ke puncak Penanggungan. Hanya saja mungkin bagi pendaki yang awam dan berbadan gemuk, mungkin agak sedikit sulit dan butuh tenaga ekstra.
Dari kurang lebih 3 jam perjalanan, sampailah dipuncak Bayangan Gunung Penanggungan, ditempat ini biasanya digunakan untuk ngecamp para pendaki, sembari memulihkan tenaga yang terkuras. Tempat ini lumayan panas, karena memang tempat yang terbuka lebar. Perjalanan dari Puncak Bayangan Gunung Penanggungan ke Puncak sebenarnya hanya memakan waktu kurang lebih 20 menit an, tergantung kecepatan juga. Nanti Kita akan menemui sebuah tataan batu besar menyerupai Gua, tempat ini juga cocok jika dijadikan Shelter alam untuk menghindari hujan atau sekedar untuk tempat berteduh ketika menuju ke Puncak Gunung Penanggungan.
Sesampainya dipuncak, akan lebih jelas lagi pemandangan alam bagaikan lukisan kaldera. Semua nampak rapih tertata. Disini akan bisa dilihat jalur sungai, tataan perumahan Tretes, dan tentunya pemandangan Pegunungan yakni Gunung Arjuna, Gunung Welirang, dan Gunung Kembar I dan II. Gunung yang rendah, namun sangat tinggi untuk didaki. Dipuncak, datarannya ditumbuhi rumput-rumput kecil dan nampak subur.
Terlihat dari puncak, di puncak Gunung Penanggungan terdapat sebuah Makam, Bapak penjaga Warung di Tretes (Pribumi) mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam dari seorang pendekar Joko Sambang. Konon Cerita, beliau adalah pendekar yang baik hati ketika jaman penjajahan tahun 1920. Jika berada di tempat ini, tidak ada salahnya jika mendoakan.
Perlu diperhtikan, anda jangan lupa membawa perbekalan air yang cukup, karena sepanjang jalan menuju puncak tidak akan ditemui sumber air. Oleh karenannya siapkan air secukupnya, agar tidak berat saat pendakian nanti. Jalur turun akan lebih mudah, namun juga harus tetap berhati-hati karena memang sangat terjal dan juga sangat licin jika hujan turun mengguyur tanah dijalurnya.
Jalur Jolotundo sama seperti jalur wisata kuno. Karena disepanjang jalan menuju puncak kita bisa melihat candi-candi berserakan. Candi-candi ini merupakan bekas peninggalan jaman Hindu-Budha. Sepanjang perjalanan nanti Kita juga bisa menikmati pemandangan candi-candi yang berserakan dimana-mana. Konon penemuan ini mencapai hingga 80 buah lebih temuan
Untuk bisa mencapai jalur ini langsung menuju ke arah Kota Mojokerto, yakni dari kawasan Ngoro Industrial Park (NIP), lanjut menuju Petirtaan Jolotundo di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Tidak jauh dari kawasan NIP ada jalan beraspal yang cukup lebar. Di pinggirnya ada plakat bertuliskan PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Seloliman 9 km. Jarak dari Surabaya kurang lebih 55 Km dengan jalan akses menggunakan roda 4 ataupun roda 2. Peninggalan Jolotundo ini merupakan peninggalan pada jaman Kerajaan Kahuripan (Airlangga). Dibangun sebagai monumen atas dasar cinta kasih Raja Udhayana karena kelahiran Prabu Airlangga, dibangun pada tahun 977 M.
di Petitraan Jolotundo, langsung lanjut sampai ke Candi Bayi, jalur pendakian ke Candi Bayi lumayan susah, dikarenakan banyak jalan-jalan yang bercabang sehingga harus berhati-hati untuk menentukan jalur yang akan dilewati. Jalurnya juga sangat terjal dan berbatu yang membuat kesulitan. Sesampainya di Candi Bayi, keatas Kita akan menemui beberapa Candi-candi berserakan sampai Candi yang terakhir adalah Candi Shinta.
Untuk mencapai Ngoro bisa dicapai dari arah Pandaan atau dari Mojokerto. Dari Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan disebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong (6Km) dengan kendaraan angkutan pedesaan, perjalanan dilanjutkan menuju Dusun Genting sekitar 3 Km an. Masyarakat Desa Genting sebagaian besar penduduknya adalah suku Madura.
Jalur Ngoro merupakan jalur tersulit daripada jalur Tretes atau Jolotundo. Dari Dusun Genting, Kita akan masuk dikawasan hutan lindung, jalur nya melewati jalan setapak menyusuri tanah sampai tiba nanti di Candi Wayang, kira-kira 3 Km setelahnya, jalur yang akan dilewati mempunyai kemiringan sampai 80 derajat. Luar biasa berat ya.
Di lereng gunung Penanggungan banyak sekali reruntuhan candi-candi jaman Majapahit di sekitar jalan mengarah ke puncak gunung itu. Gunung Penanggungan terdapat satu bukit yg dikenal dengan nama Bukit Cinta. Bagi teman-teman yg pernah kesana pasti sangat terkesan dengan bukit cinta ini,
Harga tiket masuk wisata Gunung Penanggungan di akhir tahun 2018 sebesar Rp. 10.000 per orang. Jika anda membawa motor, makan anda harus memparkirkannya di area start pendakian yg harganya biasanya Rp. 5.000 buat sehari semalam per motornya.
Lokasi Dan Transportasi
Secara administratif gunung penanggungan termasuk dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Terdapat beberapa jalur pendakian yang bisa digunakan untuk mencapai puncaknya, yaitu jalur Tamiajeng (Selatan), jalur Jolotundo (Barat), jalur Wonosunyo (Timur) dan jalur Ngoro (Utara).
Jalur yang sering digunakan pendaki adalah melalui jalur Jolotundo karena akan melintasi candi-candi peninggalan jaman purbakala sehingga perjalanan akan lebih menarik. Untuk mencapai desa jolotundo, baik dari Surabaya ataupun dari Malang, anda dapat naik bus yang menuju ke Pandaan. Dari sini kemudian berganti angkutan dengan naik minibus tujuan Trawas. Setibanya di Trawas kemudian naik lagi minibus tujuan Jolotundo. Jika ingin lebih gampang, anda dapat menggunakan kendaraan pribadi. Setibanya di desa nanti anda dapat menitipkan kendaraan di lokasi pemandian jolotundo dengan membayar biaya penitipan sebesar Rp 5.000). Di pemandian ini pula anda diharuskan membayar tiket masuk pendakian sebesar Rp 10.000).
Gunung Penanggungan kini menjadi salah satu destinasi wisata cukup menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Kawasan ini menawarkan pesona alam yang indah dan menakjubkan. Pandangan mata akan terasa betah dan nyaman saat menatap gunung ini. Pemandangan malam hari pun tak kalah mempesonanya.
Keindahannya yang mempesona menjadikan kawasan ini sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan, apalagi saat liburan panjang. Bahkan, gunung ini dapat menjadi area yang menarik bagi para petualang yang hobi mendaki gunung. Rasa lelah akan terobati oleh pemandangannya yang cukup indah. Sensasi lainnya adalah wisatawan bisa singgah ke berbagai candi peninggalan kerajaan
Ada Banyak Candi Di Lereng Gunung Penanggungan
Candi Jolotundo. candi yang paling besar dan memiliki sumber air yang besar dibandingkan candi-candi yang lain. Menuju candi ini sangat mudah. Mobil bisa sampai dipelataran pakir candi ini. Biasanya banyak orang berkunjung kesini untuk mengambil air atau mandi yang mengalir dari batu-batu candi. Menurut mereka bisa membuat awet muda.
Candi ini memiliki 2 tingkatan kolam. 2 kolam kecil untuk mandi ditingkatan atas. Satu kolam disebelah kiri untuk tempat mandi wanita dan satu kolam lagi dikanan untuk mandi pria. Dan memiliki kolam besar, ditingkatan bawah yang berisi ikan-ikan yang kecil hingga besar. Ikan-ikan ini tidak boleh diambil. Menurut cerita, ikan-ikan tersebut adalah para dayang-dayang. Biasanya di malam Jum’at legi, banyak para pengunjung datang kesana untuk mandi.
Dengan suasana yang gelap gulita. Setelah mandi ada yang melanjutkan ritual bersemedi ada juga yang tidur di pendopo disana. Candi ini sudah menjadi obyek wisata, sehingga banyak juga warung-warung permanen di luar kawasan candi (dibatasi pagar). Jika kita lupa membawa tempat untuk membawa airnya, warung-warung tersebut menjual jerigen-jerigen air, selain menjual teh, kopi dan makanan.
Candi Putri, Menuju candi ini memerlukan waktu ± 1,5 jam dari candi jolotundo. Kondisi candi ini masih terawat. Tetapi disini tidak ditemui air seperti candi jolotundo. Candi ini terdiri dari susunan batu. Candi ini akan ditemukan pada jalur pendakian menuju puncak.
Candi Pure, Posisi candi ini tidak terlalu jauh dari candi putri. Dan ditemui pada jalur pendakian menuju puncak.
Candi Sinto, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak. Bentuknya tidak jauh berbeda dengan candi putri, hanya lebih kecil.
Candi Gentong, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak. Berbentuk seperti gentong air . kalau zaman sekarang gentong air terbuat dari tanah liat sedangkan candi tersebut terbuat dari batu.
Candi Lurah, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak
Candi Guru, Ditemui pada jalur pendakian menuju puncak
Candi Wisnu, Candi ini berada paling tinggi, Hampir mendekati puncak. Setelah itu turun kembali ke candi guru untuk menemukan candi yang lain.
Candi Carik, Menuju candi ini, dari candi Guru turun kea rah kiri. Maka akan menemukan jalur candi-candi yang lain. Jika ke puncak Gn. Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini.
Candi Naga, Jika ke puncak Gunung Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini
Candi Bayi, Jika ke puncak Gunung Penanggungan melalui candi jolotundo, tidak menemui candi ini
Candi Selokelir, Posisi candi ini berada di dekat perumahan penduduk. Keberadaan candi ini sangat mengkhawatirkan. Karena batu-batu penyusun candi banyak yang sudah rusak dan juga dijadikan jalan bagi masyarakat. Relief pada candi ini ada bergambar bunga.
Candi Siwa, Candi ini posisi tersembunyi. Dengan ukuran tidak terlalu besar, berada dirimbunan tanaman kaliandra.
Candi tidak ada nama, Candi ini tidak memiliki memiliki plang nama seperti candi-candi yang lain.
Sebenarnya, masih ada candi-candi yang lain. Tetapi sudah tertimbun oleh tanah dan akar-akar tanaman. Dan ini sempat ditemukan, diantara akar tanaman yang rimbun. Berbekal tangan dan sebilah kayu carang kami menggali tanah untuk menemukan potongan-potongan batu yang lain. Lalu potongan itu disusun membentuk sebuah istana mungil, diabadikan kamera, lalu ditimbun lagi di tempat yang sama. Batu-batu yang ditemukan berwarna seperti genteng dan berbentuk pipih bermotif bunga dan ukiran, berbeda dengan batu candi-candi yang sudah disebutkan diatas seperti berasal dari batu-batu kali besar yang dipahat.(utg)