Sebelum Meninggal, Tokloh Gerwani Kepalkan Tangan Lalu Teriak “Maju Terus Pantang Mundur!”

  • Whatsapp

BLITAR, JATIM — Mantan Ketua Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) Kabupaten Blitar, Putmainah, tutup usia pada Rabu (25/5/2016), pukul 02.30 WIB. Perempuan berumur 90 tahun itu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Menurut adik kandung Putmainah, Patmiati (86), kakaknya sempat mengepalkan sebelah tangan sebelum meninggal sambil mengatakan, ‘maju terus pantang mundur.’ Dia juga eks tahanan politik, dan pernah dibui di penjara wanita Plantungan, Semarang, selama sembilan tahun (1970-1979). Sementara sang kakak setahun lebih lama.

“Sehari sebelum meninggal dunia, Yu Put (Putmainah) beberapa kali bicara, ‘hendak pulang ke rumah bapak, untuk bersih-bersih rumah,” kata Patmiati.

Jasad Putmainah dimakamkan di sebelah pusara sang kakek, KH. Abdurrahman. Dia dikenal sebagai mantan laskar Prajurit Diponegoro, dan keturunan langsung Sunan Tembayat, penyebar agama Islam di Jawa Tengah.

Kabar kematian Putmainah cepat menyebar. Berbagai lapisan masyarakat datang memberikan penghormatan terakhir. Di antaranya kalangan organisasi sosial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Bahkan Komandan Banser Kabupaten Blitar, Imron Rosadi, juga datang dan mengucapkan bela sungkawa. Menurut Imron, proses pemakaman Putmainah dilakukan secara Islam.

“Ini seperti di wilayah Blitar selatan. Antara anak-anak eks PKI dan Ansor bisa hidup bersama, berdampingan. Rekonsiliasi di Blitar telah berjalan secara alami. Masa lalu itu telah selesai,” kata Imron.

Sempat Koma 2 Minggu

Sebelum meninggal, Putmainah hampir tiga tahun mengidap stroke dan alzheimer (pikun). Dia juga pernah terkena tetanus akibat luka pada gusi, hingga koma selama dua minggu.

Pada era 1960-an, PKI di DPRGR (Sekarang DPRD) Kabupaten Blitar memiliki dukungan suara rakyat terbesar setelah PNI. Organisasi sayapnya, seperti Gerwani, Pemuda Rakyat, SOBSI, BTI, Lekra dan Pemuda Rakyat maju pesat saat itu.

Sementara perolehan Masyumi dan NU masih jauh di bawahnya. Tidak heran, sebelum peristiwa 30 September 1965 meletus, Ketua Umum PKI Dipa Nusantara Aidit pernah menyambangi Blitar untuk memantapkan kader-kader pelopor partai.

(mdk/rki)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *