Menjelang Demo Super Damai, Ada Penangkapan Aktor Makar

  • Whatsapp

Catatan: Yousri Nur Raja Agam MH

AKSI demo bertajuk “Bela Islam III”, Jumat, 2 Desember 2016, berjalan lancar. Boleh dikatakan memuaskan. Aman dan benar-benar “super damai”, sebagaimana diharapkan pencetus sekaligus kordinator aksi demo, maupun pihak Pemerintah.
Puncak aksi damai itu juga mendapat sambutan luar biasa, karena Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, bersama beberapa pejabat tinggi negara ikut mendampingi, bergabung di tengah peserta aksi demo.
Memang aksi demo dengan simbul 212, cuplikan dari tanggal 2 bulan 12 itu, puncaknya adalah shalat Jumat di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Pagi sebelum shalat Jumat, diselenggarakan pembacaan shalawat, takbir dan tahmid sesuai dengan ajaran Islam, Silanjutkan dengan ceramah atau tausiah oleh beberapa tokoh agama Islam.
Secara resmi, kegiatan aksi ini dikordinasikan oleh Gerakan Nasional Pengawal (GNP) Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia). Segala prosedur dan kesepakatan dengan Pemerintah melalui Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sudah matang. Artinya, pelaksanaan dan teknis sudah dikordinasikan.
Aksi demo itu tujuan utamanya, adalah menuntut “penangkapan” terhadap Gubernur DKI Jakarta Raya (non aktif) Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang dianggap melakukan penistaan agama. Secara hukum, pihak Kepolisian sudah melaksanakan tugasnya. Melakukan penyelidikan dan penyidikan, serta menetapkan Ahok sebagai tersangka. Bahkan sudah menyerahkan berkas perkara bersama barang bukti dan tersangka Ahok kepada Kejaksaan Agung.
Namun, para pelapor yang mengatasnamakan masyarakat Muslim itu, menghendaki Ahok ditangkap dan sekaligus ditahan. Tetapi, itu belum dikabulkan. Inilah yang menimbulkan kekecewaan.
Kendati demikian, patut diacungi jempol, bahwa aksi demo 212 ini lebih sukses dibandingkan aksi demo sebelumnya, yaitu 4 November 2016, yang disimbulkan dengan angka 411. Jumlah peserta aksi yang hadir di Monas dan melimpah sampai ke jalan-jalan protokol sekitarnya – Jalan HM Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Merdeka Selatan, kawasan Mesjid Istiqlal, bahkan sampai ke sekitar Pasar Baru. Tidak ada angka pasti, namun ada yang menyebut jumlah mencapai satu jutaan.
Mediamassa nasional dan juga mediamassa internasional, serta media sosial menyiarkna persitiwa luar biasa ini. Bagi mereka yang pernah menunaikan ibadah haji, keramaian manusia seperti ini menyerupai suasana saat wukuf di Padang Arafah.
Tetapi di balik keberhasilan pelaksanaan acara di Lapangan Monas itu, ada berita yang tidak enak. Bahkan, menjadi “noda” kesucian acara di Monas. Sebanyak 10 orang yang merupakan tokoh masyarakat, ditangkap polisi. Delapan orang dijadikan tersangka kasus perencanaan makar dan dua orang melakukan pelanggaran Undang-undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Mereka diamankan di Markas Komando Brigade Mobil (Brimob) Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Padahal, kalau kita simak secara mendasar, kegiatan aksi demo 212 ini, benar-benar bersih dari noda aksi penggulingan pemerintahan yang sah atau makar itu. Bahkan, demikian aman dan damainya acara itu, dalam keadaan hujan, Presiden dan Wakil Presiden (Jokowi dan Jusuf Kalla), berserta pejabat Negara lain bergabung ke tengan massa demonstran.
Nah, mungkin pihak kepolisian ingin mengungkapkan, bahwa ada pihak lain yang benar-benar “merencanakan makar”. Apalagi sinyalemen atau tengara adanya aktivitas sekelompok orang untuk mengadakan makar, sebelumnya sudah disebutkan oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Delapan orang tokoh yang diduga melakukan kegiatann yang mengarah makar itu adalah: Ahmad Dani, Eko, Adityawarman Thaha, Kivlan Zen, Firza Husein, Rachmawati Sukarnoputri, Ratna Sarumpaet dan Sri Bintang Pamungkas. Dua lainnya diduga melanggar UU ITE, yakni: Jamran dan Rizal Kobar.
Begitu ada informasi para tokoh yang sering tampil dalam seminar-seminar itu, pengacara yang juga mantan Menteri Hukum dan HAM, Prof Yusril Ihza Mahendra, langsung menyatakan siap mendampingi para terduga makar tersebut.
Sekarang, di dunia maya beredar berbagai skenario dan gambaran tentang perbuatan yang mengarah ke makar dari para tokoh itu. Bahkan, juga gambaran aktivitas, sampai skema dan struktur organisasi mereka. Di samping nama yang sudah ditangkap, masih ada nama-nama lain yang diduga terlibat.
Para peserta aksi demo 212, memang agak kecewa, tuntutan belum dipenuhi. Sementara permasalahan sudah beralih ke kasus lain. Konon ada “benang merah” di antara dua peristiwa ini. Mungkinkah?

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *