MADIUN, beritalima.com- Pemerintah menargetkan prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen. Untuk Kabupaten Madiun, Jawa Timur, prevalensi stunting berada di angka 15,9 persen, sehinggga setidaknya kurang 1,9 persen lagi untuk memenuhi target yang ditentukan oleh pusat.
Hal tersebut disampaikan Bupati Madiun H. Ahmad Dawami, dalam Dialog Stunting yang turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, di Pendopo Kantor Kecamatan Mejayan. Jumat 11 Maret 2022.
Meskipun sudah mendekati target yang telah ditentukan, bupati minta agar semua unsur terlibat dalam pengentasan stunting
“Kita memang kurang sedikit untuk mencapai target 14 persen, namun semua unsur harus terus sinergi dan juga partisipatoris masyarakat juga dibutuhkan,” kata H. Ahmad Dawami.
Sementara itu, Muhadjir mengatakan, stunting memiliki efek yang besar. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik, namun juga perkembangan otak. Dalam kesempatan ini, Menko juga mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Madiun yang terus berupaya menekan angka stanting dengan kekompakan semua unsur.
“Stunting yang diserang bukan hanya fisik, tapi otak. Untuk itulah perlu kita siapkan mencetak generasi emas yang ditargetkan tahun 2045,” tutur Muhadjir.
Langkah-langkah untuk memerangi stunting, lanjutnya, terdapat dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021. Diantaranya melalui pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu dan bayi sejak 1000 hari awal kehidupan, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak serta memenuhi kebersihan. Demikian pula halnya dengan keberadaan jamban yang terawat kebersihannya, menjadi kelayakan kesehatan.
“Prevelensi secara nasional sekarang 24,6 persen. Dua tahun terakhir rata rata mengalami penurunan 1,7 persen, Presiden Jokowi memiliki target pertahun turun 3 persen,” terangnya.
Para pendamping desa, kader-kader PKK, serta bidan, pesannya, bisa diikutsertakan dalam penanganan stunting sejak hulu hingga hilir. Di hulu bisa dilakukan pendampingan calon pengantin kemudian sosialiasi terkait reproduksi, makanan bergizi hingga kemudian dihilir, bisa dilakukan pendampingan.
“Para calon pengantin harus disiapkan setidaknya tiga hal. Yakni mengenai kesehatan reproduksi calon pengantin, memiliki kemampuan bertanggung jawab secara ekonomi, serta memiliki kesehatan keluarga seperti sanitasi lingkungan,” ujarnya. (Dibyo).
Muhadjir (kiri), H. Ahmad Dawami (atas)