Menlu : 16 WNI di Marawi Minta Dibantu Evakuasi

  • Whatsapp
Menlu usai Sidang Kabinet Paripurna menjawab pertanyaan wartawan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (29/5). (Foto: Humas/Rahmat)

BOGOR, beritalima.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memberikan informasi perkembangan terkini dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini tengah berada di wilayah darurat militer di Marawi, Filipina.

Disampaikan Menlu, mereka sudah meminta bantuan agar bisa dievakuasi.

“Kita sudah menerima permintaan dari 16 WNI itu agar mereka dibantu evakuasi. Memang sampai sekarang kita tidak atau belum bisa bergerak karena dari kontak kita dengan otoritas setempat, operasi masih terus dilakukan. Sehingga tidak mungkin ada pergerakan apapun,” kata Retno Marsudi usai menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (29/5) sore.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari otoritas setempat, menurut Menlu, saat ini ke-16 WNI tersebut diketahui berada di salah satu masjid di Kota Marawi. “Mereka ada di situ dan mereka menurut informasi dari otoritas setempat dalam kondisi yang baik,” ujarnya.

Sebelumnya Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, melalui pesan singkat Senin (29/5) mengemukakan, mereka ini adalah anggota Jamaah Tabligh yang melakukan khuruj, berdakwah selama 40 hari, di Filipina. Kebetulan markas Jamaah Tabligh di Filipina ada di Marawi.

Belum Ada Laporan
Menlu Retno Marsudi menjelaskan, bahwa pihaknya melalui KJRI Davao City sudah melakukan kontak baik dengan kelompok yang beranggotakan 10 orang maupun kelompok yang beranggotakan 6 orang. “Jadi itu update yang dapat saya berikan sejauh ini,” sambungnya.

Terkait kemungkinan adanya WNI yang meninggal dalam konflik antara pihak militer dengan kelompok bersenjata di daerah Marawi, Menlu mengaku belum bisa mengonfirmasi informasi tersebut, Ia menjelaskan, saat ini situasinya emergency. Sehingga Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mencoba untuk menahan dulu situasinya seperti apa.

“Setelah itu, baru kita bicara bagaimana, dan bagaimananya itu biasanya kita tidak hanya terpaku pada satu skenario,” kata Menlu. (RMI/ES)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *