Menteri Hanif: Transisi Energi Harus Berjalan, tapi Ekosistem Tidak Boleh Dikorbankan

  • Whatsapp
Menteri Lingkungan Hidup Hanif (jas biru): Transisi energi harus berjalan, tapi ekosistem tidak boleh dikorbankan (foto: abri)

Jakarta, beritalima.com| – Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan,  pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan bagian penting dari percepatan transisi energi nasional, namun, ia menekankan bahwa setiap proyek harus memenuhi standar perlindungan lingkungan yang ketat sehingga ekosistem tidak boleh dikorbankan.

Pernyataan itu disampaikan Hanif dalam rapat koordinasi yang digelar Pemerintah di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta (2/12). menyoroti peran PLTA sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang paling stabil bagi Indonesia.

“PLTA memang menjadi andalan dalam penurunan emisi. Tetapi kita harus memastikan bahwa pembangunan bendungan, pengalihan aliran sungai, hingga pembebasan lahan tidak menimbulkan kerusakan ekologi,” ujar Hanif.

Ia menambahkan, setiap pengembang wajib memenuhi Environmental Impact Assessment atau AMDAL secara lebih transparan untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Disinggung Hanif  beberapa daerah calon lokasi PLTA merupakan habitat penting flora dan fauna. Ia meminta agar kementeriannya dilibatkan sejak tahap perencanaan, bukan setelah desain proyek disusun.

“KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) tidak ingin sekadar memberi persetujuan administratif. Kami ingin memastikan keanekaragaman hayati tetap terjaga,” ucapnya. Dalam rapat tersebut, Hanif mendorong adanya model kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, serta pelaku usaha.

Tujuannya agar PLTA tidak hanya menghasilkan energi bersih, tetapi juga memberi manfaat sosial bagi masyarakat sekitar. Karena pengelolaan daerah aliran sungai, relokasi warga terdampak, hingga monitoring ekosistem harus dilakukan dengan standar internasional.

Ditekankan Hanif, pemerintah mendukung penuh percepatan pembangunan energi terbarukan. Namun ia mengingatkan jika transisi energi tidak boleh menjadi dalih mengabaikan prinsip kehati-hatian. “Transisi energi harus cepat, tapi tetap ilmiah. Kita ingin energi bersih, bukan memindahkan masalah lingkungan dari satu sektor ke sektor lain,” ungkapnya.

Jurnalis: rendy/dedy

beritalima.com

Pos terkait