Menteri LH/BPLH Kepada Intelektual Pascasarjana UB Diperlukan Langkah Nyata Pentahelix

  • Whatsapp

Malang, beritalima.com – Mengutip laporan UNEP 2024 Navigating New Horizons, Menteri Lingkungan Hidup RI/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq menekankan bahwa dunia sedang jauh tertinggal dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Untuk itu menurutnya, diperlukan langkah nyata dalam membangun resiliensi bangsa melalui kebijakan berbasis bukti, inovasi berkelanjutan, serta kolaborasi lintas sektor (pentahelix).

Bahkan dalam sambutannya sebagai Keynote Speech dihadapan Mahasiswa Univeriatas Brawijaya (UB) Malang saat kegiatan Orientasi Pendidikan dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Tahun Ajaran 2025/2026, Senin(18/8/2025). Ditegaskan bahwa Indonesia sudah menargetkan agenda strategis seperti pencapaian FOLU Net Sink 2030, transisi energi berkeadilan, dan ekonomi sirkular.

“Semua ini membutuhkan kontribusi nyata dari kampus, baik dalam bentuk riset, inovasi teknologi hijau, maupun penguatan literasi publik. Mahasiswa pascasarjana harus menjadi intelektual yang bukan hanya akademis, tetapi juga mampu menavigasi kompleksitas zaman,” tutur Menteri diterima beritalima.com, Selasa (19/8/2025)

Lebih jauh, ia menekankan transformasi menuju Industri 5.0 yang berpusat pada manusia, keberlanjutan, dan resiliensi. Perguruan tinggi, menurutnya, harus menjadi pusat pengetahuan (knowledge hub) sekaligus etika publik agar perkembangan teknologi tidak menimbulkan kesenjangan baru, melainkan menjadi instrumen solusi untuk kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan.

“Indonesia Emas 2045 hanya bisa diwujudkan apabila kita melahirkan intelektual pascasarjana yang profesional dalam bidangnya, berintegritas menjunjung etika, dan visioner melihat tren global. Anda semua yang hadir di sini adalah calon pemimpin yang akan mengarahkan bangsa ini melewati era penuh ketidakpastian,” tegas Menteri Hanif di hadapan 2.255 mahasiswa baru pascasarjana Universitas Brawijaya.

Diawal pembicaraan Menteri Hanif menegaskan peran strategis intelektual pascasarjana dalam menghadapi tantangan global (polycrisis), mengawal terwujudnya visi Indonesia Emas 2045. Menurutnya, dunia saat ini tengah menghadapi apa yang disebut sebagai polycrisis, tumpang tindih krisis iklim, energi, pangan, kesehatan, hingga geopolitik yang saling memperkuat dampak satu sama lain.

“Indonesia tidak kebal dari situasi ini. Justru di tengah tantangan inilah, perguruan tinggi dan para mahasiswa pascasarjana memiliki peran strategis untuk menjadi motor perubahan,” terang Menteri Hanif.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa polycrisis adalah kondisi ketika berbagai krisis besar—seperti iklim, energi, pangan, kesehatan, hingga geopolitik—terjadi bersamaan dan saling memperparah dampaknya. Pungkasnya, situasi ini membuat tantangan global menjadi semakin kompleks karena satu krisis dapat memperburuk krisis lain, misalnya perubahan iklim yang memicu kerawanan pangan dan konflik sumber daya.

“Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor, inovasi, dan kepemimpinan visioner untuk membangun resiliensi bangsa menghadapi era penuh ketidakpastian,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Brawijaya, Widodo, menekankan pentingnya peningkatan jumlah dan kualitas lulusan pascasarjana.

Pada kesempatan yang sama Rektor UB Widodo menekankan pentingnya peningkatan jumlah dan kualitas lulusan pascasarjana. Menurutnya, saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 0,45 persen penduduk yang bergelar pascasarjana.

“Angka ini masih sangat rendah jika kita ingin sejajar dengan negara maju dengan angka 9–10 persen. Karena itu, pendidikan pascasarjana perlu terus diperkuat, sebab peran ilmu pengetahuan dan riset saintifik sangat vital dalam menghadapi tantangan global dan mendorong Indonesia menjadi bangsa yang unggul,” jelas Rektor Widodo.

Acara orientasi bertema “Membangun Intelektual Pascasarjana yang Profesional, Berintegritas, dan Visioner Menuju Indonesia Emas 2045” tersebut sekaligus menandai komitmen Universitas Brawijaya dalam melahirkan lulusan tangguh, inovatif, dan berkontribusi nyata pada pembangunan nasional.

“Kembali komitmennya KLH/BPLH, memperkuat sinergi dengan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan polycrisis sekaligus mengawal transformasi menuju pembangunan inklusif, adil, dan berkelanjutan,” imbuh Rektor.

Jurnalis : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait