SITUBONDO, beritalima.com – Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa menyebut bahwa peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah daerah Situbondo.
” Saya kira PR terbesar adalah IPM ya Pak Bupati. IPMnya bisa diperbaiki yak Pak Bupati? Bisa, Alhamdulillah,” katanya saat menyampaikan sambutan dalam Kunjungan Kerjanya di Situbondo, Minggu (18/4/2021).
Ia menyebut bahwa sebagai upaya mendorong peningkatan IPM itu pemerintah Situbondo akan mendapat dana alokasi (DAK) fisik sekitar Rp 100 miliar.
“Total DAK fisik itu sekitar Rp 100 miliar,” katanya.
Namun demikian, dari jumlah itu masih ada DAK penugasan untuk kesehatan dan KB. Kemudian, ada DAK untuk air minum, sanitasi, pemukiman dan perumahan, irigasi, pertanian, kelautan dan perikanan, serta pariwisata yang jumlahnya sekitar Rp 50 miliar.
“DAK regulernya itu ada Rp 48 miliar. Yakni Rp 16,4 miliar untuk pendidikan dan kesehatan Rp 20,5 miliar, jalan Rp 6,8 miliar, dan transformasi pedesaan Rp 4,8 miliar. Jadi total 48,6 miliar. Sehingga total semua disini ada Rp 100 miliar,” ungkapnya.
Ke depan Suharso pun mendorong pemerintah daerah agar tidak mengecer-ngecer anggaran di kedinasan.
“Supaya kalau menyusun alokasi anggaran, jangan diecer-ecer di kedinasan. Buatlah, beberapa dinas itu menjadi top up yang besar, yang lainnya kecil atau tidak ada. Yang penting mereka digaji. Tahun berikutnya, dibalik lagi, sesuai dengan target di daerah yang disinkronkan dengan target nasional,” beber Suharso.
Sementara itu, Bupati Situbondo Karna Suswandi menerangkan bahwa IPM di wilayahnya masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jatim dan nasional, yakni di angka 68,38.
Oleh karena itu, pihaknya masih membutuhkan banyak dukungan dari pemerintah pusat.
Seperti di bidang pendidikan, Situbondo masih perlu meningkatkan angka rata-rata lama sekolah. Yakni, dengan penuntasan buta aksara, penyelenggaraan kejar paket, beasiswa bagi siswa SD/MI yang terancam putus sekolah, beasiswa untuk mahasiswa, mendorong ponpes menyelenggarakan pendidikan formal.
“Kita mencoba pendirian perguruan tinggi, kita akan bekerjasama dengan Universitas Jember,” tuturnya.
Kemudian, peningkatan kelas rumah sakit di Kota Santri. Serta, peningkatan pelayanan kepada masyarakat desa dengan membuat silinder optik dan pengembangan server induk. Nantinya, pengembangan ini pun juga bisa digunakan untuk 55 sekolah yang kesulitan jaringan.(*/Roi/ch)