Menuju 25 Tahun Berdiri STIKOM Uyelindo Kupang, Digelar Seminar Mengeksplorasi Sumber Daya Pendidik

  • Whatsapp

KUPANG, beritalima.com — STIKOM Uyelindo Kupang, sebagai salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini terus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk diketahui STIKOM Uyelindo Kupang didirikan pada 22 Juni 2000. Sehingga pada Juni 2025 mendatang, STIKOM Uyelindo Kupang merayakan tahun perak (25 tahun) berdiri di Nusa Tenggara Timur.

Dalam rangka memperingati 25 tahun STIKOM Uyelindo Kupang ini, pihak STIKOM Kupang menyelenggarakan berbagai kegiatan, antara lain Seminar bertema: Mengeksplorasi Sumber Daya Pendidik untuk Membangun Uyelindo Demi Masa Depan Generasi Bangsa.

Seminar tersebut berlangsung di Aula STIKOM Uyelindo Kupang, Sabtu (31/8/2024).

Kegiatan itu, menghadirkan narasumber Petrus Ratu Ile Tokan, M.Pd., guru dan penulis SMA Negeri Larantuka, Flores Timur, yang dihadiri peserta yakni guru, dosen dan pimpinan kampus dari Uyelindo Grup (STIKOM Uyelindo Kupang, STIKOM Artha Buana Kupang, Universitas Aryasatya Deo Muri, dan SMK Uyelindo Kupang).

Petrus Ratu Ile Tokan, adalah merupakan guru dari pendiri STIKOM Uyelindo Bruno Sukarto.

Ketua STIKOM Uyelindo Kupang, Marinus I. J. Lamabelawa, M.Cs. saat ditemui beritalima.com di ruang kerjanya mengatakan, STIKOM Uyelindo tergabung dalam Uyelindo Grup, yakni ada Perguruan Tinggi dan SMA. Dan salah satu dharma perguruan tinggi itu adalah melaksanakan penelitian dan publikasi.

“Jadi kegiatan kali ini adalah menguatkan publikasi dosen dan guru. Sehingga kami mengundang pak Petrus Ratu Ile Tokan, yang adalah seorang guru dari SMA Negeri Larantuka, Flores Timur memberikan pikiran-pikiran kepada guru dan dosen bagaimana dia bisa keluar dari kewajiban dia yang hanya mengajar, tapi mempublikasikan apa hasil pikiran dia (guru dan dosen, red) untuk kemajuan dari Uyelindo ini. Ini sebagai stimulan. Dan, hasilnya bapak/ibu dosen dan guru bisa dia membuat buku atau tulisan, dan nanti akan direview menjadi sebuah buku atau karya”, kata Marinus Lamabelawa menambahkan.

Selain itu, lanjut dia, juga seminar ini dalam rangka 25 tahun STIKOM Uyelindo Kupang pada 22 Juni 2025 mendatang, sehingga menghasilkan sebuah buku perjalanan STIKOM Uyelindo Kupang, biografi pendiri STIKOM Uyelindo Kupang Bruno Sukamto. “Pak Petrus Ratu Ile Tokan, adalah salah satu tim penulis buku biografi bapak Bruno Sukarto nanti, sehingga pada sesi kedua akan dilanjutkan pembahasan mengenai buku 25 tahun STIKOM Uyelindo Kupang”, ungkapnya.

“Mulai hari ini, kita sudah kick off 285 hari menuju 25 tahun STIKOM Uyelindo Kupang. Sehingga mulai hari ini kita mengadakan rangkaian kegiatan menuju 25 tahun”, kata dia menambahkan.

Selanjutnya, Marinus mengatakan, dalam seminar tersebut narasumber menekan bagaimana pikiran-pikiran pendidik ini untuk memajukan Uyelindo ini dalam kompetensi dia (guru dan dosen, red).

“Jadi kalau kita disini orang IT bagaimana mengembangkan bakat dan talenta kita untuk mempublikasikan di bidang IT. Misalnya, guru bagaimana mengembangkan, bagaimana mengelola pendidikan, bagaimana membuat kelas itu menarik, bagaimana dia menulis dan mengajak sehingga membuat siswa itu menarik. atau juga dalam membuat perencanaan pembelajaran, dan metode-metode pembelajaran sehingga mahasiswa atau siswa itu tertarik”, kata Marinus.

Ia berharap, setelah mengikuti seminar ini dosen dan guru bisa menghasilkan sebuah karya, baik personal maupun tim. “Itu yang kami inginkan sehingga di usia 25 tahun nanti ada satu karya buku yang pasti kami hasilkan. Setelah itu bapak/ibu dosen bisa menulis dari sisi mereka masing-masing”, tambah Marinus.

Ditambahkan Marinus, pada perayaan 25 tahun STIKOM Uyelindo nanti ada tiga acara besar, yakni ada peresmian Gedung STIKOM Uyelindo Kupang, Launching biografi buku dari pendiri, dan perjalanan 25 tahun STIKOM Uyelindo Kupang.

Sementara itu, Petrus Ratu Ile Tokan, mengatakan, guru dan dosen tidak boleh berhenti belajar. “Belajar itu long live. Seumur hidup kita harus belajar. Lalu dari kegiatan ini, saya pikir ilmu pengetahuan itu harus terus dihidupkan. Pikiran-pikiran itu harus terus dihidupkan. Lalu diskusi-diskusi terus berjalan dalam konteks dialektika. Kita terus bernalar melalui forum dialog seperti ini untuk menyelidiki masalah-masalah yang sedang kita hadapi dalam konteks pendidikan”, katanya. (L. Ng
Mbuhang).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait