beritalima.com – Padatnya arus kendaraan, suara klakson yang saling bertabrakan dan para pejalan kaki yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Itulah suasana di sekitar stasiun Depok baru setiap hari. Stasiun Depok Baru ini juga bersebelahan dengan pasar Kemiri Muka dan terminal Depok, sehingga cukup banyak pedagang berjualan di pinggir jalan, yang juga mengundang para pengamen untuk mencari nafkah.
Kota Depok sebenarnya sudah mengeluarkan peraturan daerah yang berisi larangan memberikan uang kepada pengamen dan pengemis, yaitu Perda Nomor 16 tahun 2012 pasal 18. Namun masih banyak pengamen dan pengemis di Depok, walaupun mungkin pendapatan mereka tidak seperti dulu lagi.
Untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di jalanan, khususnya bagi musisi jalanan, maka dibentuklah Institut Musik Jalanan (IMJ) oleh seorang lelaki bernama Andi Malewa. Institut Musik Jalanan ini bertempat di Kedai Ekspresi, tidak jauh dari Stasiun Depok Baru.
Kedai Ekspresi juga merupakan tempat berkumpulnya para musisi jalanan untuk menyalurkan ekspresinya. Salah satu bukti nyata dari IMJ ini adalah Sinyo, lelaki yang baru saja turun dari panggung kecil dan langsung berjalan ke arah meja yang diduduki oleh beberapa orang, dengan berbagai alat musik yang mereka gunakan.
Sinyo merupakan lelaki berpenampilan sederhana dengan kulit sawo matang, yang biasa bernyanyi di panggung Kedai Ekspresi Depok. Suara serak merdu dan keringat yang bercucuran di lehernya, membuat lagu yang ia bawakan terasa sangat menyentuh. Beberapa pengunjung terlihat menggerak-gerakan kakinya atau mengetuk-ngetuk jari diatas meja sambil menyeruput secangkir kopi dengan roti bakar, atau minuman dingin dengan camilan yang tersedia.
Awalnya Sinyo merupakan pengamen jalanan yang sehari-harinya berkeliling Jakarta- Depok untuk mencukupi kehidupannya. Ia hanya sekedar bernyanyi dan bermain gitar yang penting mendapat uang. Sinyo selalu bermimpi bahwa ia ingin menjadi seperti Iwan Fals yang bisa sukses walaupun awalnya hanya seorang pengamen jalanan. Namun, ia berpikir bahwa mimpi hanya sekedar mimpi. Hingga perlahan-lahan mimpi itu akhirnya datang.
Berawal dari seorang pengamen jalanan, kini Sinyo bisa merasakan bernyanyi di panggung-panggung kecil hingga stasiun televisi Indonesia. Ia mulai meniti kariernya sejak tahun 2014, kala itu ia bertemu dengan lelaki bernama Andi Malewa di sebuah angkutan umum ketika sedang mengamen. Disitulah awal mulanya mimpi itu datang.
“Disini saya tidak hanya belajar dan sharing tentang teknik bernyanyi saja, tapi juga diajarkan mengenai etika dan sopan santun” jelas Sinyo, mengenai kegiatan selama bergabung di Institut Musik Jalanan.
Saat ini banyak sekali perubahan dalam dirinya. Selain banyak undangan untuk menyanyi di cafe, mall atau televisi, ia juga beberapa kali berduet dengan musisi hebat, salah satunya adalah Glenn Fredly. Matanya berkaca-kaca saat ia menceritakan kisahnya selama di Institut Musik Jalanan ini. Siapa sangka dibalik tubuhnya yang terlihat kuat, masih ada sisi lemah di dalamnya. Walaupun bayaran yang ia dapat belum bisa seperti musisi-musisi hebat, namun Sinyo sangat bersyukur dan menikmati proses hidupnya selama ini.
“Melalui Institut Musik Jalanan, saya ingin mengubah image bahwa tidak semua pengamen itu negatif, yang membuat negatif adalah preman yang berkedok pengamen,” ujar Sinyo.
Berkali-kali ia mengatakan bahwa ia sangat beruntung dan bersyukur. Di tahun ketiganya ia sudah membuat 2 album yang telah laris sebanyak 2000 cd, juga dijual di i-tunes dan spotify.
Sinyo selalu ingat kata-kata founder IMJ, Andi Malewa, bahwa seorang musisi itu harus membuktikan kemampuannya lewat karya, jangan hanya banyak bicara.
Mulyani
Politeknik Negeri Jakarta