Merajut Benang Menguntai Kebersamaan

  • Whatsapp

MEDAN – Matahari bersinar cukup terang, pancarkan cahaya mengantarkan panas. Namun perempuan bernama Patricia Boru Siahaan itu tidak menghiraukannya. Dia melangkah menapaki jejak di Jalan Syahbandar, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimon, Senin (23/4/2018).

Istri dari Sihar Sitorus itu berjalan menemui kelompok kaum ibu yang disebut Gemar atau Gerakan Mamak-mamak Rajut. Patricia mengatakan bahwa dia sudah berjanji ingin bertemu dengan komunitas tersebut untuk menyapa dan belajar bagaimana merajut benang untuk menjadi bahan jadi.

Sesampainya di tempat tersebut, Patricia disambut dengan kekeluargaan. Para kaum ibu yang sedang beraktivitas menghentikan sejenak rajutannya dan menyalami istri dari Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) nomor urut dua itu. “Selamat siang ibu, senang bisa bertemu dengan kalian di sini. Lagi pada sibuk ini? Saya boleh ikutan,” kata Patricia menyapa para kaum ibu itu.

Patricia yang duduk berbaur dengan komunitas kaum ibu itu pun berbincang-bincang tentang komunitas Gemar dan manfaat komunitas tersebut terhadap keluarga. Komunitas Gemar ternyata adalah komunitas kaum ibu yang tinggal di bantaran Sungai Deli. Mereka disatukan oleh salah satu yayasan untuk ikut berkarya dan membantu perekonomian mereka. “Sedikitnya kami ada 25 keluarga yang menjadi anggota komunitas ini. Sekarang kita menjadi komunitas rajut benang untuk dibentuk berbagai kebutuhan sandang. Seperti kopiah, tas dan berbagai kebutuhan lainnya,” terang Ketua Gemar, Arsini Piliang (44).

Arsini mengatakan bahwa mereka merajut benang untuk mengisi waktu luang dan menambah pendapatan rumah tangga. Kini, produk mereka sudah dipasarkan ke berbagai daerah dan komunitas dengan promosi lewat jejaring sosial. “Kami senang ibu datang ke sini, kita berharap ibu menjadi bagian dari komunitas ini. Karena di sini kita bukan sekadar merajut benang tetapi berbagi pengalaman dan kekeluargaan,” katanya.

Sementara itu, Patricia Siahaan yang ikut belajar merajut mengaku sangat kagum dengan komunitas tersebut. Karena mereka bukan sekadar mencari tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya melainkan juga menjalin kebersamaan dalam suasana kekeluargaan yang kuat.

Patricia menambahan bahwa dari komunitas itu banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran. Pertama ajaran untuk sabar saat menguntai benang. Sabar dalam artian agar benang-benang yang diuntai sesuai dengan keinginan. Sementara yang kedua, kebersamaan dalam kekeluargaan. Di mana komunitas tersebut berkumpul untuk bertukar pikiran, saling mendukung untuk kemajuan bersama.

Bagi Patricia, mereka adalah sosok yang menginspirasi banyak hal. Khususnya dalam membangun paradigma baru untuk kemajuan bersama. “Mereka menguntai benang dan membangun kebersamaan. Kebersamaan itu untuk maju bersama,” kata Patricia.(bcl comm)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *