SIDOARJO, Beritalima.com|
Adanya krisis kepercayaan diri menimbulkan berbagai dampak yang sangat merugikan. Terkadang, seseorang butuh suatu pengakuan dengan melakukan tindakan-tindakan yang sulit dipahami oleh orang lain. Karena kebanyakan orang tersebut atau sekelompok orang-orang ini berbuat nekad hanya untuk mencari perhatian.
Demikian pula yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat Sidoarjo ini. Mereka yang menamakan diri sebagai kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), membuat heboh masyarakat
Kabupaten Sidoarjo. Dengan kemunculan hastag #gaysidoarjo di Media Sosial (Medsos) Twitter. Hastag #gaysidoarjo tersebut jadi tranding topik setelah viral pada Sabtu (18/6/2022) kemarin. Meskipun belum ada kejelasan siapa yang pertama kali menyebarkan hastag yang mengagetkan warganet Sidoarjo tersebut.
Menanggapi fenomena ini, salah seorang Anggota DPRD provinsi Jawa Timur, Adam Rusydi SPd merasa prihatin dengan ulah pihak yang tidak bertanggung jawab dengan membuat hastag #gaysidoarjo yang menjadi tranding topik di Twitter tersebut.
“Kemarin, kami dilapori terkait viralnya hastag #gaysidoarjo di medsos twitter, setelah kami lakukan pengecekan ternyata benar adanya. Miris dan benar-benar sangat memprihatinkan,” ungkap anggota komisi E ini.
Menurut Adam, Kabupaten Sidoarjo selama ini dikenal sebagai salah satu daerah atau Kabupaten yang kultur masyarakatnya sangat religius dan agamis. Karena itu, Pemerintah Daerah harus hadir, sebab tidak bisa dipungkiri fenomena LGBT ini memang ada.
“Fenomena LGBT memang ada disekitar kita, mereka ini sakit, jadi jangan serta merta langsung menindak mereka. Pemerintah dan masyarakat harus hadir untuk memberi edukasi kepada mereka, mereka jangan di bully atau makin dikucilkan. Sebab mereka juga manusia sama seperti kita, oleh karena itu pendekatan ke mereka harus dilakukan dengan mengedepankan sisi kemanusiaan,” paparnya.
Ketua DPD partai Golkar Sidoarjo ini mengungkapkan, jika pencegahan terkait permasalahan LGBT bisa dilakukan melalui keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar.
“Saya yakin ada psikologis yang terkoyak dalam jiwa mereka, sehingga berperilakunya atau orientasi seksualnya jadi menyimpang, namun pada hati kecil mereka, saya yakin mereka masih mengakui sebagai seorang lelaki atau perempuan dan pasti mereka mengakui atau tidak ada yang salah pada diri mereka itu,” tegasnya.
“Dalam kasus LGBT ini, kami di Komisi E DPRD provinsi Jatim beberapa kali menemukan mereka bisa sembuh atau lepas dari penyakit ini. Faktor keluarga dan lingkungan yang bisa menyembuhkan mereka,” tandasnya.
Adam menambahkan, jika praktik LGBT melanggar norma-norma agama dan juga sosial di negara kita, karena manusia diciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan untuk menghasilkan keturunan. Atas fenomena hashtag #gaysidoarjo di twitter yang menjadi tranding topik, Pemerintah dan pihak terkait tidak boleh tutup mata.
“Kita harus bersama-sama, Pemerintah dan pihak terkait harus hadir menekan angka penyebaran LGBT di Sidoarjo maupun yang di Indonesia, tentu dengan pendekatan yang humanis, jangan kita bully atau kita hukum secara sosial, karena hukuman yang terberat adalah hukuman sosial dari masyarakat sekitar,” pungkasnya.(Yul)