Tepat pukul 13.00 WIB, peserta karnaval berbaris rapi di depan halaman SD desa setempat. Mereka kemudian berjalan beriringan melewati jalan kampung sepanjang kurang lebih satu kilometer menuju Lapangan Telogo Lor. Sepanjang perjalanan, masyarakat menyambut riang sambil menikmati sajian atraksi hiburan.
Yang paling menarik perhatian adalah gunungan tumpeng hasil bumi dengan berbagai bentuk unik. Ada yang diangkut dengan gerobak yang didisain seperti rumah pendopo, ada pula yang diangkut mirip dokar ditarik lembu replika.
Gunungan itu penuh dengan sayuran dan buah segar, mulai dari tomat, cabai, hingga kacang panjang, melambangkan kesuburan tanah Desa Padeg.
Diiringi musik, para peserta menari dan berjoget dengan kostum warna-warni yang kaya akan aksesoris. Setibanya di Lapangan Telogo Lor, mereka tidak hanya memamerkan gunungan, tapi juga mempertontonkan berbagai kreasi seni. Ada tari-tarian, joged, bahkan pembacaan teks proklamasi ala Presiden Soekarno yang membuat penonton bersorak gembira.
Kepala Desa Padeg, Iswoyo, menuturkan bahwa sedekah bumi sekaligus karnaval budaya ini merupakan wujud syukur masyarakat atas panen raya sekaligus cara menjaga tradisi di tengah arus modernisasi.
“Alhamdulillah, tahun ini warga kami berhasil panen raya. Dari 400 hektar sawah, menghasilkan sekitar 2.800 ton gabah. Ini patut disyukuri bersama,” ujarnya.
Selain rasa syukur, kegiatan Pemerintah Desa (Pemdes) ini juga digelar untuk memperingati HUT RI ke-80. Iswoyo mengapresiasi semangat seluruh warga yang kompak menyukseskan acara tanpa mengedepankan kompetisi.
“Saya bangga pada warga Padeg. Antusiasme mereka tinggi, semangat gotong royong masih sangat kuat. Inilah cara kita menjaga budaya,” tambahnya.
Sebagai penutup rangkaian, Pemerintah Desa juga menggelar campursari dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk, menghadirkan hiburan sekaligus mempertegas komitmen melestarikan kesenian tradisional.
Jurnalis : Moh Khoiron






