SURABAYA, beritalima.com | Perekonomian Jawa Timur tahun 2024 disebut tetap terjaga baik sebesar 4,93% (yoy), yang didukung utamanya oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Elestianto Dardak, mengatakan, solidnya perekonomian Jawa Timur kedepan perlu didorong terutama dalam mengantisipasi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur (KPw BI Jatim) berkolaborasi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEl) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur kembali mengadakan seminar ekonomi bertajuk Jatim Talk.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Prof. Ari Kuncoro (Guru Besar FEB Univesitas Indonesia), Andhika P. Herlambang (Sekretaris Bappeda Provinsi Jawa Timur), Fajar Hadi Pratama (Perencana Ahli Kementerian PPN/Bappenas), dan Deputi Kepala KPw BI Jatim M. Noor Nugroho.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan diplomatik negara sahabat, instansi vertikal, perwakilan OPD/instansi di wilayah Jawa Timur, perbankan, civitas akademika, asosiasi, pelaku usaha, serta media massa.
Kepala KPw BI Jatim Erwin Gunawan Hutapea mengatakan, kegiatan ini sebagai wujud sinergi dalam merumuskan strategi untuk mendukung penguatan kinerja ekonomi Jawa Timur.
Dengan tema “Meningkatkan Produktivitas serta Inovasi untuk Mengakselerasi Perekonomian Jawa Timur yang Unggul, Inklusif, dan Berkelanjutan”, kegiatan ini juga bagian dari Diseminasi Laporan Perekonomuan Provinsi (LPP) Jawa Timur tahun 2024.
Selain itu, kegiatan ini merupakan rangkaian dari penyelenggaraan kompetisi karya ilmiah tingkat nasional, East Java Economic Forum (EJAVEC) 2025, yang akan diselenggarakan Agustus 2025 mendatang.
Jatim Talk bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan awareness stakeholder terkait potensi peningkatan produktivitas dan inovasi sektor unggulan serta menjadi forum diskusi dalam merumuskan rekomendasi strategis yang implementatif dalam mendukung ketahanan perekonomian Jawa Timur.
“Mempertimbangkan pentingnya peran Jawa Timur bagi perekonomian nasional, perlu dirumuskan strategi kebijakan untuk mengoptimalkan kinerja ekonomi sektor unggulan di Jawa Timur,” jelas Erwin.
Diskusi ini dipimpin langsung oleh Deputi Direktur KPw BI Jatim M. Barik Bathaluddin. Dalam paparannya, Fajar Hadi Pratama mengatakan, dengan kondisi ketegangan politik yang terus tereskalasi, diperlukan langkah transformatif dan imperatif.
Private investment dirasa dapat menjadi salah satu kunci untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dengan berfokus pada pengembangan sektor unggulan daerah yang dapat diimplementasikan antara lain melalui penguatan iklim bisnis – termasuk melalui pemberian insentif.
Prof. Ari Kuncoro mengatakan, transformasi ekonomi diperlukan untuk lebih mendiversifikasikan sumber pertumbuhan ekonomi. Secara spesifik, Jawa Timur telah memiliki strategi komprehensif.
“Nawa Bhakti Satya dirumuskan sebagai jawaban dari peluang dan tantangan agar selaras dengan visi misi Nasional yang mencakup program Jatim Sejahtera, Jatim Kerja, Jatim Akses, Jatim Cerdas, Jatim Sehat, Jatim Berkah Amanah, Jatim Agro, Jatim Harmoni dan Jatim Lestari,” papar Andhika P. Herlambang.
Sesi paparan diakhiri oleh M. Noor Nugroho yang menyampaikan bahwa perekonomian Jawa Timur diperkirakan membaik pada 2025, didukung oleh permintaan domestik dan eksternal, dengan inflasi yang terkendali dalam kisaran target nasional.
Oleh karena itu, diperlukan akselerasi implementasi bauran kebijakan yang terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas serta mendorong inovasi guna mewujudkan perekonomian Jawa Timur yang unggul, inklusif, dan berkelanjutan.
Di tengah upaya tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur turut mengingatkan dalam arahan strategisnya terkait pentingnya perencanaan kawasan di awal untuk memastikan tidak adanya permasalahan di kemudian hari.
Rekomendasi utama yang diusung KPw BI Jatim untuk mendukung kinerja perekonomian Jawa Timur tetap solid, pertama, mencakup penguatan dan industrialisasi sektor unggulan eksisting.
Kedua, pengembangan new source of growth khususnya hilirisasi produk kimia dan migas, hilirisasi tembaga dan industri pariwisata. Ketiga, peningkatan integrasi antar moda. Dan keempat, pembangunan berbasis kawasan.
Prof. Soni Harsono, dalam Opening Remarks-nya turut mendorong kontribusi dari sisi akademisi untuk menyalurkan pemikirannya melalui karya tulis guna menciptakan solusi konkret bagi tantangan ekonomi Jatim, salah satunya melalui EJAVEC 2025. (Gan)
Teks Foto: Jatim Talk, merumuskan strategi penguatan ekonomi Jawa Timur.






