Bireuen,beritalima – Meunasah yang merupakan salah satu tempat bagi warga untuk beribadah,bermusyawarah dan melaksanakan berbagai kegiatan para warga memang di setiap desa tersedia.
Dalam menelusuri serta melaksanakan kegiatan ibadah ke beberapa desa dalam wilayah kecamatan Kuala, wartawan Andalas Drs Suherman Amin berkesempatan berbuka puasa di desa di kawasan Cotbatee, tepatnya di kawasan Meunasah Lancok.
Meunasah Lancok-Lancok yang memang sangat unik dan antik serta langka dan tidak ditemukan di desa-desa lainnya itu dibangun semasa perang DI TII ( 1953 ) di Lancok, Cotbatee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen dan hingga kini masih dimanfaatkan warga setempat.
Menurut cerita Israwati ( 57) kepada Andalas, Rabu (8/6), Meunasah lancok dibangun 1 Januari 1953 oleh Utoeh (Tukang) Syam bersama pengukir kayu Utoeh H.Kamar dari Cot Meurak semasa perang DI TII semasa Lancok-Lancok dipimpin Keusyiek Arifin ( Keusyiek Fin ) di kala itu.
Meunasah Lancok-Lancok yang hingga kini masih digunakan dan tegar berdiri di Dayah memiliki beberapa keunikan antara lain Meunasah ini terlihat dari ukiran kaligrafi Arab serta di keramba atas terdapat gambar ukiran ular naga dan burung garuda dengan panduan ukiran kaligrafi indah.
Menurut Israwati yang mengaku sebagai saksi hidup tentang sejarah Meunasah tersebut mengaku, kalau Meunasah itu dibangun oleh dua orang tukang, Utoh Syam sebagai pendiri kerangka Meunasah serta H.Kamar sebagai tukang ukir kaligrafi dan dibantu oleh warga sekitar Lancok saat itu.
Sebelum DI TII Meunasah ini sudah ada dan dibangun oleh dua orang tukang yakni Utoh Syam dan H.Kamar dari Cot Meurak Bireuen ketika Lancok dipimpin Keusyiek Arifin sebagai kepala Gampong di kala itu .” Jelas Nek Sairah yang turut berpartisipasi pembuatan Meunasah yang sudah antic itu.
Disebutkan, Meunasah itu dibangun dari swadaya masyarakat melalui sedekah padi di kala musim panen dan para dermawan dari desa Lancok serta para dermawan lainnya.
Menurut warga, Meunasah itu masih berdiri megah hingga kini dan masih menyimpan keunikan tersendiri bagi masyarakat Lancok. untuk menyelamatkan Meunasah itu, Tgk.H.Hasan Arifin salah seorang warga Lancok yang kini berdomisili di Jakarta mendirikannya ditengah-tengah Dayah Babul Mu’arif Lancok atau 100 meter arah ke timur simpang desa Lancok-lancok.
Keunikan lain Meunasah itu menurut pengamatan Andalas kemarin di lancok, Meunasah tersebut di lantai atasnya terdapat rak tempat Al Qu’an serta satu unit lemari kaca yang juga masih terukir indah dan lantai serta jendelanya masih digunakan terali dari kayu damar.
Meunasah yang tergolong langka dan unik itu, pada bulan Ramadhan ini dimanfaatkan warga Lancok untuk shalat serta tadarus oleh masyarakat dan para santri Dayah Babul Mu’arif. (Suherman Amin)
Dalam menelusuri serta melaksanakan kegiatan ibadah ke beberapa desa dalam wilayah kecamatan Kuala, wartawan Andalas Drs Suherman Amin berkesempatan berbuka puasa di desa di kawasan Cotbatee, tepatnya di kawasan Meunasah Lancok.
Meunasah Lancok-Lancok yang memang sangat unik dan antik serta langka dan tidak ditemukan di desa-desa lainnya itu dibangun semasa perang DI TII ( 1953 ) di Lancok, Cotbatee Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen dan hingga kini masih dimanfaatkan warga setempat.
Menurut cerita Israwati ( 57) kepada Andalas, Rabu (8/6), Meunasah lancok dibangun 1 Januari 1953 oleh Utoeh (Tukang) Syam bersama pengukir kayu Utoeh H.Kamar dari Cot Meurak semasa perang DI TII semasa Lancok-Lancok dipimpin Keusyiek Arifin ( Keusyiek Fin ) di kala itu.
Meunasah Lancok-Lancok yang hingga kini masih digunakan dan tegar berdiri di Dayah memiliki beberapa keunikan antara lain Meunasah ini terlihat dari ukiran kaligrafi Arab serta di keramba atas terdapat gambar ukiran ular naga dan burung garuda dengan panduan ukiran kaligrafi indah.
Menurut Israwati yang mengaku sebagai saksi hidup tentang sejarah Meunasah tersebut mengaku, kalau Meunasah itu dibangun oleh dua orang tukang, Utoh Syam sebagai pendiri kerangka Meunasah serta H.Kamar sebagai tukang ukir kaligrafi dan dibantu oleh warga sekitar Lancok saat itu.
Sebelum DI TII Meunasah ini sudah ada dan dibangun oleh dua orang tukang yakni Utoh Syam dan H.Kamar dari Cot Meurak Bireuen ketika Lancok dipimpin Keusyiek Arifin sebagai kepala Gampong di kala itu .” Jelas Nek Sairah yang turut berpartisipasi pembuatan Meunasah yang sudah antic itu.
Disebutkan, Meunasah itu dibangun dari swadaya masyarakat melalui sedekah padi di kala musim panen dan para dermawan dari desa Lancok serta para dermawan lainnya.
Menurut warga, Meunasah itu masih berdiri megah hingga kini dan masih menyimpan keunikan tersendiri bagi masyarakat Lancok. untuk menyelamatkan Meunasah itu, Tgk.H.Hasan Arifin salah seorang warga Lancok yang kini berdomisili di Jakarta mendirikannya ditengah-tengah Dayah Babul Mu’arif Lancok atau 100 meter arah ke timur simpang desa Lancok-lancok.
Keunikan lain Meunasah itu menurut pengamatan Andalas kemarin di lancok, Meunasah tersebut di lantai atasnya terdapat rak tempat Al Qu’an serta satu unit lemari kaca yang juga masih terukir indah dan lantai serta jendelanya masih digunakan terali dari kayu damar.
Meunasah yang tergolong langka dan unik itu, pada bulan Ramadhan ini dimanfaatkan warga Lancok untuk shalat serta tadarus oleh masyarakat dan para santri Dayah Babul Mu’arif. (Suherman Amin)